Warta Minggu Ini
HIKMAT YANG MEMBERDAYAKAN

“Salomo menjadi raja atas seluruh Israel”

1 Raja-Raja 4: 1


Dalam 1 Raja-raja 3, Tuhan hadir dalam mimpi Salomo dan menawarkan sebuah permintaan. Apapun. Semua akan dikabulkan. Ia tidak meminta kekayaan, kekuasaan atau kekuatan. Salomo meminta hikmat; hati yang bijaksana untuk memimpin umat Allah dengan baik. Doa ini mengungkapkan dua hal: pertama, Salomo mengakui ketidakmampuannya sendiri. Dia mengatakan bahwa dirinya adalah aku masih sangat muda dan belum berpengalaman (1 Raj. 3: 7). Kedua, ia menyadari bahwa perannya sebagai raja bukan tentang dirinya sendiri, melainkan tentang melayani umat yang dipercayakan kepadanya oleh Allah.

Namun, yang sering luput dari perhatian adalah bagaimana hikmat ini langsung terwujud dalam pemerintahan Salomo. Dalam pasal 4, dituliskan daftar terperinci tentang pejabat dan pegawai Salomo. Sekilas, daftar ini mungkin tampak seperti katalog biasa, tetapi bagian ini sangat penting. Bagian ini menyingkapkan buah hikmat Salomo sebagai pemimpin yang membangun kerajaan yang stabil, terorganisasi, dan makmur. Korelasi antara hikmat Salomo dan struktur administratif kerajaannya sangat mencolok. Hikmatnya tidak hanya abstrak; tetapi juga praktis dan sangat relasional. Salomo memahami bahwa hikmat dalam kepemimpinan membutuhkan pendelegasian dan akuntabilitas.

Dalam 1 Raja-raja 4: 1-6, kita melihat daftar pejabat tinggi-imam, sekretaris, pemimpin militer, dan penasihat-masing-masing dengan peran yang jelas. Salomo tahu bahwa ia tidak dapat memerintah sendirian. Hikmat Allah membawanya untuk mengandalkan karunia dan kekuatan orang lain. Ini adalah gambaran tentang seperti apa kepemimpinan yang Tuhan inginkan: memberdayakan orang lain untuk memenuhi panggilan yang diberikan Allah kepada mereka sambil melayani kebaikan bersama. Sebagai peran kita di rumah, tempat kerja, atau masyarakat, apakah kita mencoba menanggung sendiri setiap beban, atau apakah kita memercayai orang lain untuk berbagi beban? Kebijaksanaan sejati mengakui perlunya tanggung jawab bersama.

Hal ini sering menjadi masalah yang dimiliki banyak orang. Semakin kita merasa pintar, semakin kita tahu kalau kita lebih bisa melakukan berbagai hal, seringkali kita tidak mengijinkan orang lain untuk mengerjakan banyak hal karena mereka tidak akan melakukannya dengan “sempurna.” Dalam pemerintahan Salomo yang penuh hikmat, sangat mungkin kalau ada banyak hal yang akan berlangsung dengan lebih sempurna apabila Salomo langsung terjun dan turun tangan. Namun, Salomo memberikan kesempatan dan membuat berbagai orang bertumbuh dan ambil bagian dalam pemerintahannya. Hikmat yang dimiliki pada akhirnya membuat Salomo mengerti keterbatasannya, dan membuat pemberdayaan menjadi nyata.

(Arief Wahyudi, S.Th.)

BERGEMBIRA DI TENGAH KERAPUHAN
“Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang...