
“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…”
(Filipi 1 : 22a)
Terinspirasi oleh karya Ernest Prakoso melalui sebuah film yang berjudul “Susah Sinyal”, saya memutuskan untuk ikut dalam “Sumba Mission Trip”. Di timur Indonesia, kembali hati saya bergetar dan mulut saya berdecak kagum menyaksikan karya ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. Danau, air terjun, pantai, bukit dan pemandangan alam Sumba membuat saya makin bersyukur bahwa setiap hari bahkan setiap detik hidup kita merupakan kesempatan. Hidup kita seumpama pohon cendana yang diceritakan oleh seorang pendeta, yang mendampingi kami menjelajahi pulau Sumba. Pohon Cendana akan mengeluarkan wangi harum jika batang pohon itu tumbuh di tempat yang penuh tantangan dan membuatnya bertahan hidup hingga puluhan tahun.
Saya mencoba menghubungkan kisah pohon cendana dengan hidup iman kita. Iman akan makin bertumbuh ketika hidup kita penuh riak-riak dan gelombang kehidupan yang menghempas kita. Karena ketika kita melewati gelombang hidup itu, kasih Tuhan makin nyata dalam hidup kita. Kunjungan kasih ini mengajar saya untuk terus bersyukur atas tiap kesempatan yang Tuhan beri dalam hidup saya. Ketika gelombang kehidupan menghempas, kita tahu persis siapa nakhoda dalam hidup ini. Tuhan memberikan kita kesempatan untuk melalui setiap gelombang hidup, agar iman saya bertumbuh. Pertumbuhan itu kemudian menjadi nyata saat Tuhan memanggil kita untuk menjadi saksi bagi kemurahan kasih-Nya.
Kembali pada kunjungan misi ke Sumba, saya menyaksikan dengan jelas bagaimana pemeliharaan Tuhan dalam hidup penduduk setempat meskipun mereka hidup dalam kesederhanaan. Nyanyian anak-anak Sekolah Minggu di GKS Kapunduk membuat saya menitikkan air mata. Semangat anak-anak itu untuk memuji kebesaran Tuhan melalui pujian yang dinaikkan membuat saya terdiam. Di tengah lampu penerangan yang terbatas, di tengah kehidupan mereka yang sulit, senyum mereka menunjukkan bahwa mereka tetap bersyukur atas kesempatan hidup yang Tuhan beri. Hal ini membuat saya memahami mengapa Paulus mengatakan bahwa kalau kita hidup, maka berarti kita dipanggil untuk menghasilkan buah.
Syair lagu gereja yang sekarang ini populer memberi arti tentang panggilan pelayanan sebagai kesempatan dalam hidup ini:
Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-sia kan waktu yang Tuhan b’ri
Hidup ini harus jadi berkat.
Syair lagu itu sangat menguatkan kita untuk mengingat hidup ini adalah kesempatan. Karena itu biarlah kita mempergunakan setiap kesempatan yang Tuhan beri itu dengan sebijak mungkin, sehingga hidup kita tetap menjadi berkat, dan menghasilkan buah bagi orang yang kita jumpai dalam peziarahan hidup kita. Soli Deo Gloria.
(Kumalawati Abadi)