
“Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.”
(Amsal 27 : 19)
Lie to Me: The Truth is Written All Over Our Faces adalah serial drama kriminal populer yang ditayangkan pada tahun 2009 – 2011 di Amerika. Drama ini terinspirasi oleh Dr. Paul Ekman, ahli psikologi terkemuka yang mempelajari ekspresi wajah dan gerak-gerik tubuh manusia. Dr. Ekman telah menulis beberapa buku terkait emosi manusia. Dalam penelitiannya, kebohongan dapat terdeteksi dengan memerhatikan ekspresi wajah untuk mengungkapkan kebenaran yang disembunyikan. Adapun ekspresi wajah tertawa, sedih, tersenyum, takut, kaget bisa direkayasa untuk menutupi kebohongan. Dr. Ekman juga menjadi penasihat bagi kepolisian dan kelompok anti teroris untuk mencari kebenaran dalam mengungkap kasus-kasus kejahatan yang sulit dipecahkan.
Beberapa episode drama kriminal ini mengisahkan sulitnya membaca wajah seseorang, walaupun teknik membacanya telah dipelajari. Misalnya saja, Dr. Cal Lightman, sang jagoan, hampir tertipu oleh seorang mahasiswa yang pandai memanipulasi ekspresi wajahnya yang terlihat baik namun ternyata dia adalah pelaku pembunuhan berantai. Ada juga seorang terpidana hampir terhukum mati karena pelanggaran berat, namun pada hari eksekusinya, Dr. Lightman masih bimbang apakah orang itu adalah pelaku sebenarnya.
Sesulit apapun membaca wajah, kita masih bisa pelajari. Namun kita tidak bisa mempelajari membaca hati manusia. Pepatah lama mengatakan “dalamnya lautan dapat diduga, dalamnya hati siapa yang tahu.” Dalam hidup keseharian kita berjumpa dengan sulitnya menebak dalamnya hati seseorang. Kita sering kesulitan menemukan orang yang benar-benar berhati tulus. Kita kesulitan menemukannya hanya melalui pancaran wajah dari orang tersebut. Begitu pula dengan kita yang kadang suka bermuka dua, lain di wajah, lain di hati.
Penulis Amsal melukiskan peran hati yang tak terduga itu sebagai cermin dari hidup manusia itu sendiri. Sebaik-baiknya kita menyembunyikan apa yang ada di dalam hati, baik kebenaran atau kebohongan, pada akhirnya nanti semuanya akan terkuak. Hati akan menunjukkan kebenaran, termasuk orang yang memilikinya. Karena itu penulis Amsal, pada bagian lainnya, menuliskan: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4 : 23). Bagaimanakah kita menjaga hati? Kita bisa mengisinya dengan hal-hal yang baik dan berkenan kepada Tuhan. Jika hati kita bersih maka kita akan bersikap jujur dan tulus terhadap sesama kita. Seperti air mencerminkan wajah kita apa adanya, demikianlah apa yang ada di dalam hati kita mencerminkan hidup kita yang dapat dilihat sesama kita.
Saya ingat syair lagu yang ada di buku Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB) 193, yang berjudul “Aku Hendak Tetap Berhati Tulus” (I would be true), dan biarlah ini menjadi doa dan harapan kita:
Aku hendak tetap berhati tulus, karena teman mempercayaiku.
Aku hendak tetap berjalan lurus, karena teman t’lah mengasihiku.
(Debby Puspita)