“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”

(Mazmur 139: 14)

Sahabatku,

Pagi hari saat ‘ku duduk di beranda rumahku….
Sirine ambulan meraung raung tajam bagaikan singa yang kelaparan.

Aku terhenyak teringat waktu operasi dulu.
Saat ‘ku terbaring ….
di situ aku baru menyadari bahwasanya
Nama…
Kekayaan…
Harga diri…tak berarti lagi.

Malam hening di sekitar ranjangku….
bagaikan ada malaikat maut yang mematikan,
yang setapak demi setapak mendekatiku…
Sekejap aku bagai kehilangan pegangan…

Tetapi…
ada tarikan kuat dari kisi hati yang terdalam..
ada rasa pasrah pada yang Kuasa
terserah akan dibawa kemana Dia berkenan…….

Keesokan harinya aku tersadar….
Ada rasa syukur tak terhingga yang menyadarkanku
Untuk bersimpuh kepada-Nya dan mensyukuri anugrah-Nya.

Kudengar suara-Nya…
Jangan mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yang mengerikan.
Melainkan Tuhan memberi organ perasa…
untuk merasakan cinta kasih di dada yang bukan sekadar kegembiraan dunia.
Harta tak mungkin dibawa pergi..
tapi kasih yang murni akan memberikan kekuatan dalam hati.

Tahukah sobatku…
Harta apakah yang mahal di dunia ini?
Orang lain bisa kerja untukmu tapi tak seorang pun bisa menggantikan penyakitmu.
Harta bisa dicari… tapi nyawa hilang takkan kembali
Kini kusadari: kesehatan harganya mahal sekali.

Sahabatku,
Marilah kita jalani kehidupan ini dalam tuntunan kasih-Nya

Bagaikan jalannya pentas…
Tirai panggung akan ditutup dan pentas berakhir.
Kini kusadari betapa patut kita hargai kasih dari keluarga dan persahabatan
dan kusadari juga tiap detik kehidupan tak pernah dapat diraih dengan uang.

(Wiwiek Sulistiyah)