
“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6 : 34)
Setiap tahun kita semua merayakan hari ulang tahun. Bagi saya tidak ada yang istimewa dengan hari ulang tahun. Ada beberapa teman menanyakan apa “make a wish” saya pada hari ulang tahun saya di tahun 2016 ini. Saya tidak menjawab dan hanya tersenyum. Hari itu lalu lintas cukup lancar, taksi yang saya tumpangi pun menunjukkan argo yang lebih murah dari hari-hari lain. Hari itu tampak cerah, sinyal ponsel pun cukup cepat sehingga ucapan-ucapan selamat ulang tahun yang masuk pada social media saya dapat dengan mudah dijawab. Tiba di kantor, rekan kerja dan atasan memberi ucapan dengan bahagia. Agenda pekerjaan hari itu pun berjalan sesuai rencana awal, meeting yang telah terjadwal berlangsung dengan baik.
Pada saat meeting berlangsung, terdengar suara gemuruh yang mungkin menjadi pertanda hujan, namun saya tetap berusaha fokus pada meeting itu. Kali kedua suara gemuruh dan saya tetap datar, mungkin itu adalah suara pekerjaan konstruksi MRT Jakarta. Hingga akhirnya, saya mendengar suara tembakan beruntun. Saya mulai sadar ada sesuatu yang janggal, dan ketika saya melihat ke jendela saya melihat kerumunan massa pada perempatan Sarinah yang tidak jauh dari kantor saya. Saya melihat ada orang tergeletak di jalanan dan banyak mobil polisi lalu lalang dan jalanan yang tampak beku. Suara baku tembak terus berlangsung dan diakhiri suara gemuruh ledakan beberapa kali.
Meskipun demikian, saya tetap berusaha tenang dan melanjutkan pekerjaan, begitu juga dengan rekan-rekan kerja saya yang tetap memberi kejutan ulang tahun dan saya merasa bersyukur untuk perhatian yang diberikan. Mereka menyempatkan membeli kue, yang sebetulnya agak repot karena sesuai perintah pihak keamanan untuk menutup akses keluar masuk gedung kantor. Pada saat pulang, taksi yang saya duga akan sulit didapat ternyata sangat mudah. Saya tiba di rumah dengan selamat dan lebih awal dari biasanya dan saya tetap tenang ketika ibu saya bertanya berbagai kejadian di dekat kantor saya hari itu.
Saya bertanya pada diri saya bagaimana perasaan saya hari itu? Saya sekali lagi tidak dapat menjawabnya. Berbagai hal yang terjadi di hari ulang tahun memberi saya perenungan yang mendalam, bahwa kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri dan hari ini adalah hadiah. Saya ingin menjalani hidup saya dengan lebih baik lagi, menghindari melakukan nilai-nilai agama dengan semu, menghindari menjadi pengganggu bagi orang lain, menjadi orang yang bisa berbela rasa dengan orang lain, melakukan hal-hal yang terbaik pada hari-hari anugerah Tuhan.
Saya mengimani betul bahwa hidup ini adalah milik Tuhan. Dia memberikan resep hidup yang bermanfaat agar kita tidak terlalu kuatir dengan hidup kita sendiri. Kesusahan hari ini biarlah untuk hari ini, sebab besok memiliki kesusahannya sendiri. Saya tahu Tuhan adalah Tuhan yang berbela rasa pada manusia, baik dalam penderitaannya, dalam kesulitannya, dalam ketakutannya. Tidak hanya pada hari itu dan musibah itu, kami tidak takut, namun di hari-hari mendatang kiranya menjadi doa kita bersama. Kita harus yakin bahwa Tuhan terus berbela rasa pada kita semua. Jawaban atas “make a wish” saya akhirnya terjawab. Kiranya kita senantiasa disadarkan bahwa Tuhan terus berbela rasa pada manusia ciptaan-Nya dan kita harus menghidupi anugerah-Nya setiap hari.
(Yanuar Tedjawidjaja)