Warta Minggu Ini
GOLPUTERS

“… mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!””

(Yohanes 12: 13)

Kosa kata judul ini bukanlah kosa kata bahasa Inggris. Ini hanya bagian dari slang alias bahasa gaul Indonesia untuk menyebut kelompok orang yang menggunakan hak asasinya untuk tidak ikut memilih dalam pemilihan umum. Golput atau golongan putih selalu ada dalam pemilihan umum di berbagai negara. Saat negara menjamin kebebasan rakyatnya untuk bebas memilih, maka pilihan untuk memilih ikut serta dalam pemilu juga menjadi bagian dari kebebasan berdemokrasi. Ada banyak alasan kaum golputers ini memilih untuk tak memilih. Dari berbagai alasan, yang paling umum adalah siapapun calon yang akan dipilih, pasti tidak membawa dampak apapun bagi perubahan negara tersebut. Lebih tepatnya, umumnya alasan para golputers diwarnai oleh rasa kecewa atau tidak menaruh harapan pada siapapun atau apapun juga.

Kisah Yesus dielukan dan disambut dengan gegap gempita dengan dialasi oleh ratusan jubah, sorak sorai, serta lambaian daun palem, menjadi petanda betapa masyarakat mengakui Yesus sebagai Mesias. Mereka yakin bahwa Yesus yang datang dengan mengendarai seekor keledai muda persis sama dengan gambaran Mesias dalam nubuat para nabi mereka. Sayangnya, tak lama kemudian, keyakinan itu berganti dengan seruan kejam untuk menyalibkan Yesus. Pengakuan Yesus sebagai Mesias berganti dengan penghakiman Yesus sebagai ‘penjahat agama’, penghina Allah. Siapakah mereka? Kita bisa menggolongkan mereka sebagai kelompok golputers. Kelompok yang memilih untuk menghakimi Yesus karena kecewa atau barangkali tak melihat ada harapan yang bisa mereka taruh pada Yesus.

Dalam minggu ini kita akan memasuki pesta demokrasi alias memilih Presiden, Wakil Presiden dan para wakil rakyat. Pada saat inilah pilihan kita sebagai warga negara dipertaruhkan. Kita mempunyai dua pilihan: ikut memilih calon atau memilih untuk tidak memilih. Bagaimanakah menentukan pilihan mana yang kita harus putuskan? Pertimbangannya adalah pertama, memilih adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai warga negara; kedua, memilih atau menjadi golputers akan berdampak pada masa depan bangsa kita, dan kalau mau dilanjutkan berdampak pada kehidupan anak-cucu kita; ketiga, menolak menjadi golputers merupakan sikap seorang yang berani berharap akan masa depan bangsa yang lebih baik.

Biarlah pada Minggu Palem ini kita merenung akan panggilan kita sebagai warga negara Indonesia. Sikap apa yang kita pilih? Ikut memilih calon yang tepat bagi bangsa kita, atau memilih menjadi golputers. Ingatlah bangsa kita sedang bertaruh dalam ideologi Pancasila yang kita perjuangkan demi kesatuan bangsa ini. Pilihan kita sangat menentukan masa depan negara kita. Sebagai pemilih yang berdomisili di luar negeri, saya lebih dulu menentukan untuk tidak menjadi golputer. Sekarang giliran Anda. Selamat memilih. Selamat berpesta demokrasi.

(Pdt. Linna Gunawan)

AKHIR PESTA DEMOKRASI
“Berkatalah aku kepada mereka: “Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah...