
“… janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
(Yesaya 41 : 10)
Bulan Juli 2015 saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan di kantor. Ini berhubungan dengan rencana saya dan partner bisnis untuk terjun 100% ke dunia wirausaha yang telah menjadi cita-cita saya sejak lama. Tidak mudah bagi saya dan isteri saat itu, setelah bekerja kantoran selama 10 tahun, rasa takut saya semakin menjadi-jadi. Comfort zone yang selama ini saya rasakan, salah satunya adalah gaji bulanan yang selalu datang dengan pasti dan rutinitas kerja. Untuk kehilangan itu bagi saya sangat menakutkan.
Namun, pada hari minggu kedua bulan tersebut, pada saat saya masuk ruang kebaktian di GKI Kayu Putih, saya melihat poster yang menyantumkan Yesaya 41 : 10. Saya membaca berkali-kali ayat tersebut dan saya merasa kok bisa pas sekali dengan apa yang sedang saya rasakan. Kalimat “Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku” ini sangat kuat di pikiran saya. Pada malam itu, saat berdoa dengan isteri, saya ceritakan tentang ayat itu. Kami berdua memohon Tuhan agar menguatkan keputusan ini.
Akhirnya saya pun mantab mengajukan surat resign ke kantor. Disamping rasa puas akan terwujudnya cita-cita wirausaha, ternyata setelah menjalani wirausaha selama tiga tahun ini terbukti sangat menakutkan dan mendebarkan. Saya tidak pernah sebahagia ini dalam bekerja, namun yang menarik, saya pun tidak pernah merasakan stress yang sedahsyat ini sewaktu masih bekerja kantoran. Ibarat hidup saya ini adalah perahu, maka jelas perahu saya mengalami hantaman ombak-ombak yang sangat menakutkan. Masalah datang bertubi-tubi, ketakutan berkali-kali saya rasakan, semakin lama ombak ini semakin tinggi. Tetapi Tuhan baik, saya masih terus teringat akan ayat Yesaya 41 : 10 setiap saya ketakutan. Dia selalu saja menolong pada saat yang tepat, tidak pernah terlalu cepat dan tidak pernah terlambat. Setiap masalah satu-satu terlewati, dan masalah baru yang lebih berat datang lagi.
Terkadang perahu kita belum berlayar, kita sudah “tenggelam” dalam ketakutan. Rasa takut itu sebenarnya datang sebelum kenyataan. Namun, percaya kepada Yesus adalah kenyataan. Mungkin perahu kita dihantam ombak tinggi, mungkin angin bertiup ke arah yang tidak seperti apa yang kita mau, mungkin bukan pelangi yang tampak setelah badai tapi justru badai yang lebih dahsyat lagi. Tapi tangan kanan Tuhan pasti memegang kita. Saat berdoa, kita hanya perlu memohon Tuhan berikan kita sepasang tangan yang lebih kuat untuk mengarahkan layar, sepasang kaki yang lebih kuat untuk berdiri ditengah badai, dan kepala yang tegak untuk terus melihat ke depan. Jadilah perahu-perahu yang berani berlayar jauh untuk mengarungi samudera. Kita tidak bisa meredam ombak, kita tidak kuasa menghentikan badai, namun di dalam dan bersama Yesus kita bisa melewati semuanya. Kiranya Tuhan memberkati.
(Jesse Horasio)