Warta Minggu Ini
DOA JENDRAL MAC ARTHUR

“Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas muridnya itu. Kata-nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
(Markus 9 : 35)

Douglas Mac Arthur, seorang jendral Amerika pada masa Perang Dunia I dan II, menulis sebuah buku yang berjudul “The Prayer of A Father.” Sebagai seorang ayah, dia berdoa untuk anaknya demikian: “Tuhan, sebagai ayah, aku berdoa kepada-Mu. Jangan memberikan kelancaran kepada anakku. Jangan memberikan hidup yang terlalu mudah kepada anakku. Tetapi saya mohon, karuniakanlah dia jalan yang penuh dengan duri, ombak yang cukup besar dan kesulitan-kesulitan yang sengit, supaya dia berniat untuk berjuang. Berikanlah dia angin topan dan ombak yang besar, sehingga ditengah-tengah angin topan dan ombak yang besar, bukan saja ia tidak jatuh tenggelam, melainkan dapat berdiri tegak, bahkan dapat menyelamatkan mereka yang sedang tenggelam”. Doa ini akhirnya menjadi karya sastra yang agung di abad ke-20; dihafalkan oleh berjuta manusia yang belajar bahasa Inggris dan menjadi motto di dalam setiap keluarga.

Belajar dari doa tersebut, apakah kita “berani dan tega” memakai doa Jend. Mac Arthur untuk anak-anak kita? Jika kita berdoa untuk anak kita, biasanya kita memohon kepada Tuhan agar anak kita senantiasa dalam damai sejahtera, diberkati selalu, dijauhkan dari semua hambatan dan halangan, sehingga hidupnya lancar dan sukses selalu. Inilah yang biasanya menjadi pola berpikir dan kacamata banyak orang tentang hidup: segala sesuatunya berjalan tanpa hambatan dan kesulitan.

Yesus memiliki pola pikir dan “kacamata” dengan kebanyakan manusia. Dia memilih dan mengumpulkan kedua belas murid, mendidik dan hidup di tengah-tengah mereka dengan teladan semangat pelayanan, cara penginjilan, rela hidup sabar, tekun dan menderita segala sengsara selama tiga setengah tahun. Itu pun belum cukup. Yesus masih harus menampakkan dirinya beberapa kali kepada murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya untuk memberikan pelajaran ekstra kurikuler, sampai akhirnya Yesus naik ke sorga.

Allah menciptakan pelayan-pelayan-Nya yang tulus dan setia, sepertinya jauh lebih sulit dari pada menciptakan segala sesuatu di dalam alam semesta. Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, serta segala isinya Ia cukup mengatakan satu kata “Jadilah”, maka terjadi. Tetapi ketika menciptakan pelayan Tuhan yang berdaya hasil, yang setia, yang rela berkorban, yang berkarakter dan bertanggung jawab, Dia rela berjalan bersama murid-murid-Nya dalam kesulitan-kesulitan untuk membentuknya, menyaring, mengikis, membersihkan dan menguji mereka sampai akhirnya “jadi”. Karena itu nilai yang Yesus ajarkan bukan kenyamanan dengan segala fasilitas maupun kekuasaan. Dia mengajarkan bahwa yang terdahulu adalah mereka yang terakhir dan menjadi pelayan bagi semua. Siapa pun yang siap untuk berkorban, rendah hati dan setia.

Bersyukurlah kepada Tuhan jika anda telah terpilih menjadi pelayan Tuhan di dalam Gereja kita. Ingatlah tiap orang yang dipilih, dituntut untuk mengorbankan diri agar rumah Tuhan penuh dengan kemuliaan Tuhan, bukan dengan kemuliaan manusia.

(Basuki Arlijanto)

 

KASIH YANG SEMPURNA
Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan...