“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;”
(Mazmur 37 : 5)
Terik sang surya di kota Semarang yang sangat panas mengalahkan udara AC yang sejuk di sebuah kamar di rumah sakit di kota “Lumpia” itu. Di dalam kamar tersebut, ketika saya mendampingi kakak untuk menjalani kemoterapi, saya berjumpa seorang balita berusia 17 bulan, sebut saja namanya Yudha. Balita tersebut juga sedang menjalani kemoterapi seperti kakak saya. Namun saya tidak melihat kesedihan di raut wajah balita tersebut. Yudha tampak sehat dan riang layaknya anak balita seusianya. Saya sangat sedih melihat kondisi Yudha, namun saya menahan diri untuk menitikkan airmata, karena saya datang ke Semarang untuk menyemangati dan mendukung kakak saya. Tiba-tiba serombongan orang dari sebuah gereja datang untuk menjenguk serta mendoakan kakak saya melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya. Saat itu juga, Ibu Kumala Dewi, salah satu pendoa yang datang memberikan kesaksian hidupnya ketika Tuhan memberi kesempatan kedua dalam hidupnya setelah kanker ganas menggerogoti tubuhnya 12 tahun yang lalu. Kala itu dokter mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, namun kuasa Tuhan yang adalah sang Dokter Ajaib yang menyembuhkan Ibu Kumala Dewi.
Digoncang supaya tetap tidak tergoncangkan, demikian Ibu Kumala Dewi membagikan cerita pengalamannya dalam berproses (baca : dibentuk) mengikut Kristus ketika kanker ganas yang menggerogoti tubuhnya sampai Tuhan memulihkannya. Bahkan sekarang Tuhan memakai beliau di rumah sakit untuk mendoakan dan menghibur pasien dan keluarga yang mendampinginya. Saya belajar dari kesaksian Ibu Kumala Dewi bahwa masing-masing kita dibentuk oleh Tuhan melalui salib kita masing-masing, melalui setiap persoalan hidup dan pergumulan kita agar kita menjadi pribadi yang kuat dan tangguh.
Ketika hidup kita digoncang oleh berbagai persoalan dan himpitan hidup, hendaknya kita terus belajar untuk menyikapinya dengan selalu berpikir positif bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah di balik semua badai hidup yang sedang kita alami. Seperti ada tertulis dalam 1 Korintus 2 : 9, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Setiap pergumulan, bahkan setiap pergumulan yang seberat apapun dapat menjadi berkat sebab Tuhan merangkai setiap pergumulan itu menjadi perjalanan iman yang berharga.
Cara Tuhan tidak dapat terselami oleh akal budi manusia namun Tuhan selalu adil dan akan memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Saya tetap percaya bahwa ada pelangi di balik awan gelap yang sedang menghampiri kita. Seperti kata pemazmur dalam Mazmur 37 : 5, “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya dan Ia akan bertindak.” Belajar berserah tidak mudah. Belajarlah untuk mengizinkan Tuhan sendiri yang bertindak atas hidup kita. Biarlah setiap tetes airmata kita yang tertumpah, suatu hari nanti akan tergantikan oleh sukacita surgawi ketika kita berjumpa dengan Tuhan, Sang Kemuliaan itu sendiri. Soli Deo Gloria.
(Kumalawati Abadi)