“Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil”
(Mazmur 112 : 4)
Masih ingatkah kita lagu hits milik Ian Antono yang dinyanyikan oleh Ahmad Albar, rekannya dalam group band God Bless berjudul “Panggung Sandiwara?” Liriknya antara lain berbunyi, “Dunia ini panggung sandiwara…. ada peran wajar, ada peran pura-pura. Mengapa kita bersandiwara?” Sebenarnya lirik itu bisa jadi kritik bagi kita untuk berintrospeksi diri: apakah kita sering juga bersandiwara dalam hidup ini? Di dalam gereja, kadang orang Kristen menjadi pribadi yang terlihat saleh, sementara dalam kesehariannya, mereka menjadi pribadi yang tidak disukai oleh lingkungan karena perilakunya yang sangat bertolak-belakang dengan ajaran Kristus. Misalnya saja, beberapa kasus kejahatan dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sosok yang saleh, baik hati dan pendiam.
Pemazmur meyakini benar kalau dalam hidup manusia bisa terjadi perubahan. Kesulitan hidup tidak selamanya akan menyusahkan hidup manusia. Penderitaan pada saatnya akan berganti dengan sukacita. Orang yang diperlakukan tidak adil, saat nanti akan mendapatkan keadilan. Karena itu pemazmur mengatakan, “Di dalam gelap terbit terang.” Hanya memang perubahan itu bisa mengejutkan pribadi orang yang berubah atau orang-orang yang ada di sekelilingnya. Bagi pemazmur, perubahan yang positif itu terjadi ketika seseorang melakukan kebenaran; dia pun mencintai keadilan dan kebenaran.
Pertanyaannya: apakah yang dapat menolong kita menjadi orang benar? Pertama, kita harus punya rasa takut pada Tuhan. Kita diajak belajar dari bangsa Israel, bagaimana mereka gagal menjadi orang yang bersyukur. Di satu sisi, mereka merindukan keluar dari penjajahan bangsa Mesir, tetapi saat mereka bebas, mereka mengeluh terus-menerus di sepanjang jalan menuju Tanah Perjanjian. Karena itu, kita perlu belajar bersyukur atas apa yang kita peroleh dari Tuhan. Jangan menjadi orang yang pura-pura saleh di gereja dengan menutupi keburukan kita. Belajar menjadi orang benar berarti kita pun siap memotivasi orang lain dengan sikap kita yang jujur, apa adanya. Kita tidak akan mampu menjadi garam dan terang dunia apabila kita selalu menjadi pribadi yang palsu.
Kedua, kita perlu menjadi pribadi yang pengasih dan pemurah. Caranya tentu dengan memahami dan mengikut ajaran Yesus lebih baik. Kita tidak sekadar membaca Firman Tuhan tetapi juga melakukannya. Apakah tidak bisa? Masalahnya, bukan soal bisa atau tidak bisa; melainkan mau atau tidak mau kita melakukan ajaran-Nya. Orang kadangkala takut kalau zona nyamannya terganggu ketika melakukan ajaran Tuhan. Kita sulit mengasihi dan bermurah hati kepada orang lain karena mungkin kita takut kehilangan yang kita miliki.
Marilah kita sekarang belajar untuk menampilkan terang Kristus sebab Dia telah mengubah hidup kita, mengubah masa-masa gelap kita. Kuncinya, berhentilah bersandiwara. Jadilah pribadi yang benar, yang jujur, apa adanya. Teladanilah Kristus dengan mengasihi dan menyayangi sesama kita. Lawanlah rasa takut untuk berubah sebab Tuhan telah mengubah kita. Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk berubah.
(David I. Situmeang)