Warta Minggu Ini
DARE TO BE DIFFERENT

“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.”

(Yakobus 1: 3)

Iman selalu berhubungan dengan percaya dan setia. Namun, selain kedua kata tersebut ada satu kata yang kita tidak boleh lewatkan, yaitu komitmen. Adakah hubungan antara percaya dan setia dengan komitmen? Komitmen kita butuhkan ketika kita menjalani hidup iman di setiap langkah kita. Saat kita memilih untuk percaya atau berserah berarti kita tetap berusaha sebab iman selalu disertai oleh perbuatan. Iman yang berbuat membutuhkan tekad kita untuk komitmen melakukan apa yang kita percayai dengan setia.

Karena itulah penulis Yakobus menghubungkan iman dengan ketekunan, yang notabene berarti iman membutuhkan komitmen yang kuat. Saat iman teruji oleh masalah dan pergumulan, demikian pula komitmen kita teruji. Apakah kita tetap percaya pada pemeliharaan janji Tuhan sekalipun badai mengelilingi kita? Apakah kita akan tetap setia melakukan perintah-Nya sekalipun ajakan menjauhkan diri kita pada cinta Tuhan begitu menekan kita? Komitmen pada iman untuk tetap percaya dan setia adalah jawabannya. Tapi berkomitmen dalam iman, bagaimanakah kita memulainya?

Seringkali kita berpikir ikut Tuhan atau menyenangkan hati-Nya hanya sebatas pergi ke gereja, berdoa, saat teduh, dan baca Alkitab. Namun, sebenarnya masih ada banyak cara lain untuk melakukan komitmen iman. Kita dapat mulai dari hal kecil dan sederhana yaitu melalui talenta kita. Sebagai contoh, saya memiliki bakat menulis sejak remaja. Bakat ini yang mendorong saya untuk rajin membaca buku-buku puisi dan belajar merangkai kata. Meski awalnya tulisan-tulisan saya tidak sempurna, banyak cerita yang tak tersambung dengan baik, tetapi saya belajar, dan belajar terus melakukannya lagi. Hal ini saya lakukan bukan hanya karena saya ingin mengembangkan bakat yang saya miliki; lebih dari itu, saya ingin menyenangkan hati Tuhan melaluinya.

Hal lain yang dapat kita lakukan dalam komitmen iman adalah bertekad untuk berani menjauhi nilai-nilai dunia yang berbeda dengan kehendak Tuhan. Bersikap rajin belajar, bukanlah sekadar kewajiban kita untuk mendapatkan prestasi. Tapi, rajin adalah panggilan iman untuk mensyukuri kesempatan yang Tuhan anugerahkan. Ketika di lingkungan kita mudah untuk berbicara kasar dan memaki, komitmen iman memotivasi untuk berani memilih berbeda dengan mereka, yaitu kita tidak berbicara kasar.

Rasanya masih banyak contoh-contoh lain hidup beriman dengan komitmen. Namun satu hal yang penting adalah hidup beriman, menyenangkan hati Tuhan adalah kita berani untuk berbeda dari dunia ini. Keberanian ini membutuhkan komitmen yang kuat untuk menjalaninya. Karena itu, semuanya kembali pada pilihan kita untuk berkomitmen menyenangkan hati-Nya. Selamat berjuang. Tuhan memberkati kita.

(Stella Cindy Vania Ndruru)

LET GO AND LET GOD
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk...