“Tetapi Yesus berkata: Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.”
(Markus 14: 6 – 7)
Kata “bersaksi” merupakan kata kerja yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan pengalaman atau pengakuan dengan sesungguhnya; sementara beraksi adalah bergerak melakukan sesuatu, bertindak atau berlagak. Dari Markus 14 kita dapat belajar apa artinya bersaksi sekaligus beraksi. Apabila kita membaca ayat 3 – 9, kita melihat tindakan konkrit perempuan yang bernama Maria melakukan aksi meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang mahal, sebagai bentuk pelayanannya, yang dinilai orang sekitarnya adalah pemborosan dan tidak tepat. Tetapi tidak demikian pendapat Tuhan Yesus yang menerima pelayanan itu sebagai persiapan kematian-Nya. Maria menandai cintanya kepada Yesus dengan tindakan tersebut. Tindakan kasihnya tak bisa diukur dari harga minyak yang mahal itu. Yesus mengingatkan para murid untuk menunjukkan cinta dengan cara bersaksi dan beraksi kepada sesama. Setelah Yesus tidak lagi bersama mereka, maka aksi mencintai-Nya disalurkan kepada mereka yang membutuhkan cinta itu.
Buat kita adalah mudah berbuat sesuatu untuk orang yang kita kasihi seperti orangtua, pasangan, anak, kekasih karena mereka adalah orang yang kita cintai. Bagaimana dengan orang lain di sekeliling kita yang tidak kita kenal? Apakah terhadap mereka kita mau berkorban, atau yang lebih ringan memberikan sesuatu yang sederhana, sapaan, misalnya? Saya ingat ketika menjadi penatua yang bertugas memberikan kartu undangan perjamuan ke beberapa rumah anggota jemaat. Kadang saya membutuhkan perjuangan karena kadangkala dicurigai sebagai orang yang ingin minta sumbangan.
Saat pemilu kemarin, saya belajar menjadi saksi yang beraksi. Saat itu saya terpilih menjadi Ketua KPPS yang bertanggung jawab di TPS. Sejujurnya, saya menerimanya antara mau atau tidak. Saya tahu menjalankan tugas ini membutuhkan pengorbanan. Mulai pk. 05.30 sudah mempersiapkan lokasi TPS: mengambil empat kotak suara dari pos lain beserta perlengkapan TPS, kemudian menandatangani surat suara yang hampir seribu lembar jumlahnya, memerhatikan jalannya pemungutan surat, dan melakukan perhitungan suara siangnya, sampai kemudian menyiapkan laporan dan dokumen pendukung hingga pk. 02.00 dini hari besoknya; yang terakhir saya menyerahkan kotak ke KPU. Lelah sekali rasanya. Namun saya bangga bisa memberikan pelayanan bagi warga serta bangsa ini. Saya pun bergembira karena saya ikut menjaga pemilu berjalan adil dan jujur.
Ketika kita masih berada pada masa Paska, biarlah kita diingatkan untuk menjadi saksi atas kasih Allah yang telah menyelamatkan kita. Kita dipanggil menjadi saksi dengan beraksi memberikan kasih kepada sesama kita dan menjadi saluran berkat-Nya. Kiranya Tuhan memberkati kita.
(David I. Situmeang)