
“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.””
(Yohanes 8 : 12)
Beberapa orang kadang mengartikan kata beriman lebih bernada pasrah atau sebaliknya nekat. Orang yang tidak tahu mau berbuat apa lagi, atau di ekstrem yang lain orang frustasi yang bergerak tanpa perhitungan mengatakan bahwa dia “beriman” saja dengan kondisinya. Padahal bisa saja dalam hatinya sebenarnya ada kekosongan dan ketidakjelasan. Iman kepada Yesus, Sang Terang, merupakan dasar atau landasan yang kuat yang mendorong kita untuk bertindak. Dasar ini kita sadari ada, bukan sekadar karena kepasrahan atau kenekatan belaka. Iman tidaklah abstrak atau tidak jelas, sebaliknya iman adalah terang yang menyinari hati kita. Beriman artinya tahu jelas Tuhan akan membawa langkah kita ke arah rencana-Nya yang baik untuk kita. Iman membawa kita untuk mengetahui jauh ke depan lebih dari bentuk-bentuk yang kelihatan.
Stefanus dengan imannya yang kuat, berani bersaksi. Bukan karena nekat, tetapi karena ia tahu langkahnya akan mengantarkan dirinya berjalan sesuai dengan rencana Tuhan. Hidupnya memang berakhir dengan cara dirajam, namun ia melihat dengan jelas itulah risiko dari beriman kepada Kristus. Iman juga meneranginya sehingga tidak ada dendam terhadap orang-orang yang menyakitinya. Maria menerima panggilan Tuhan bukan karena iman yang pasrah. Saat ia mengatakan, “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu”, Maria yakin akan rencana Tuhan. Ia memang tidak tahu pasti secara nyata apa yang akan terjadi di masa mendatang. Namun ia bisa “melihat” melalui terang iman bahwa Tuhan akan mengantarkannya ke dalam rencana yang besar dan mendatangkan kebaikan. Beriman merupakan tindakan, bukan kepasrahan belaka.
Saat saya memberikan konseling atau mengajar, saya tidak tahu murid-murid saya akan berkembang menjadi seperti apa. Tetapi saya yakin Tuhan mempunyai hal yang baik untuk mereka semua. Demikian juga dalam aktivitas yang dilakukan oleh Pokja Studi Disabilitas, saya dan teman-teman tidak dapat melihat dengan persis kira-kira nanti “buah”nya seperti apa. Apakah nanti akan ada panti untuk disabilitas yang dikelola oleh Gereja, atau penyediaan lapangan kerja bagi jemaat yang mengalami disabilitas, atau mungkin persekutuan rutin bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Tetapi kami yakin bahwa Tuhan akan membawa kami untuk tujuan yang baik, khususnya bagi masa depan mereka.
Murid-murid Yesus sendiri awalnya tidak tahu Guru mereka mau berbuat apa. Namun seiring dengan perjalanan bersama Yesus, iman mereka bertumbuh. Setelah Yesus tidak ada bersama dengan mereka pun, mereka tetap dapat melihat terang-Nya dan bergerak sesuai dengan rencana-Nya. Begitu juga dengan kita, semakin sering berjalan bersama Tuhan dalam Firman-Nya kita akan semakin jelas melihat rencana-Nya bagi kehidupan kita. Inilah yang Yesus janjikan sebagai Sang Terang. Kita tidak akan berjalan dalam kegelapan, sekalipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan sana.
(Fuye Ongko)