” …Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu.”
(2 Tawarikh 20 : 17b)
Bukan hal mudah bagi saya untuk bertahan di tengah situasi kantor yang makin tidak kondusif akhir-akhir ini. Penugasan baru yang saya terima enam bulan yang lalu, hampir saja membuat saya meragukan kebaikan Tuhan. Atasan dan staf baru mulai menjadi “duri” dalam perjalanan karir saya. Kata-kata kasar yang saya dengar setiap saya menemui atasan saya seolah sudah menjadi makanan sehari-hari; bahkan saya sempat “trauma” ketika harus menemuinya. Beberapa kali, saya menangis tersedu-sedu di rumah ketika pulang dari kantor. Saya merasa cemas; mengapa perjalanan karir saya penuh dengan “duri kehidupan”, membuat saya meragukan kebaikan dan penyertaan Tuhan selama ini. Tujuh belas tahun bukan waktu yang singkat ketika Tuhan mempercayakan saya untuk bekerja di kantor ini. Demikian pula Tuhan selalu membimbing dan menyelesaikan setiap persoalan dan rintangan yang menimpa saya. Tuhan juga mendampingi saya untuk tetap menjadi seorang yang memiliki integritas dan komitmen dalam setiap penugasan, baik di kantor, di kampus maupun dalam tugas pelayanan saya.
Suatu malam, setiba di rumah dari kantor, ketika rasa tertekan itu tak terkendalikan, saya berseru dalam doa saya sembari menangis tersedu-sedu: “Mengapa Tuhan, pencobaan hidup ini terus menimpa saya, di manakah kuasa-Mu, Tuhan?” Ketika perasaan saya sedikit tenang, saya membuka gadget saya dan saya menemukan sebuah lagu berjudul “Jalan Tuhan,” yang sangat menyentuh sekaligus menguatkan saya saat itu. Bagian refrain-nya berbunyi demikian:
Pada Tuhan masa depanku
Pada Tuhan ku s’rahkan hidupku
Nantikan Tuhan berkarya
Indah pada waktu-Nya.
Lagu tersebut seolah menegur saya: mengapa saya bimbang dan ragu akan masa depan saya? Jelas tertulis dalam lirik lagu tersebut: “Percaya Tuhan jadikan semua, indah pada waktu-Nya.” Kisah Yosafat yang datang menghadap Tuhan di tengah rasa takutnya terhadap bani Amon tercatat dalam 2 Tawarikh 20. Sebagai pemimpin, tiba-tiba dia merasa tidak percaya diri ketika harus menghadapi musuhnya, yang menurut perhitungannya, punya kekuatan lebih besar daripada bangsanya. Maka dia datang kepada Tuhan dan menyerahkan ketakutannya. Tuhan menjawab: “… Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu” (2 Taw. 20 : 17). Tuhan menyuruhnya tetap menghadapi musuhnya. Tuhan akan ada bersamanya. Kisah ini mengajarkan saya untuk tidak ‘lari’ dari masalah, malahan berani menghadapinya. Janji Tuhan pula yang saya yakini ketika begitu banyak kesulitan yang saya hadapi akhir-akhir ini. Saya belajar bahwa jalan buntu bukan akhir dari perjalanan, melainkan menjadi langkah awal bagi kita untuk terus berjalan di jalan Tuhan. Mari setia dan terus berjalan di jalan Tuhan sampai akhir hidup kita karena Tuhan itu selalu setia menyertai kita. Soli Deo Gloria!
(Kumalawati Abadi)