
“Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa,…”
Lukas 21: 36
Dalam peperangan, salah satu faktor yang pasti membuat seseorang kalah adalah ketika dia tidak sadar bahwa dirinya sedang diserang. Ketika dia merasa aman dan santai, padahal serangan sudah berlangsung, itulah saat kejatuhannya. Demikian pula dalam kerohanian, kita sering kali tidak menyadari bahwa kita sedang berada dalam peperangan.
Dalam Lukas 21:34, Yesus memberi nasihat kepada kita untuk “Jagalah dirimu.” Ini adalah panggilan untuk kita menyadari bahwa hidup kita berada dalam ancaman. Yesus memperingatkan kita untuk waspada terhadap dua hal: pesta pora dan kemabukan, serta kepentingan-kepentingan duniawi. Pesta pora dan kemabukan bukan hanya soal kenikmatan fisik; itu melambangkan segala aktivitas yang membuat kita lupa akan realitas rohani. Saat kita terlalu asyik dengan kesenangan dunia yang sementara, kita bisa kehilangan fokus pada hal-hal yang kekal. Demikian juga, kepentingan duniawi – seperti kekhawatiran tentang karier, keluarga, dan keuangan – meskipun pada dasarnya bukan hal buruk, dapat dengan mudah mengalihkan perhatian kita dari Tuhan dan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Nasihat Yesus ini penting, karena banyak dari hal-hal tersebut tidak tampak sebagai ancaman yang berbahaya. Apa salahnya memanjakan diri sesekali atau memikirkan masa depan? Namun, peringatan Yesus menunjukkan adanya garis tipis antara menikmati hidup yang Tuhan berikan dan terjebak dalam keinginan dunia. Kita dapat mudah terjebak dalam kesibukan duniawi dan lupa akan hal yang lebih penting. Inti dari nasihat Yesus adalah untuk beroleh kekuatan menjaga diri dengan berdoa yang merupakan sarana perlindungan kita. Doa tidak hanya mengubah keadaan kita – tetapi juga mengubah kita. Doa mempersiapkan hati kita, memperkuat tekad kita, dan mendekatkan kita kepada hati Tuhan. Dalam doa kita mengerti Tuhanlah yang menyelamatkan dan menguatkan.
Yesus mengulang nasihat ini kepada murid-murid di Getsemani, saat Dia hendak ditangkap. Sungguh peristiwa di mana doa terasa tidak berguna! Lebih baik untuk mereka berjaga, bersembunyi, mendiskusikan strategi, atau bergerilya dari orang-orang yang mau menangkap Yesus, bukan? Bahkan lebih produktif untuk para murid tidur dan beristirahat. Berdoa seolah tidak menyelesaikan apa pun. Namun, itulah yang Yesus minta! Berdoa adalah cara Tuhan menyatakan bahwa hikmat-Nya tidak terselami, hikmat yang oleh dunia hanya dianggap kebodohan. Namun, ada kuasa dan penguatan yang Dia janjikan dalam doa. Ada proses kebergantungan dan penyerahan diri dalam doa-doa kita. Pertanyaannya, apakah kita mau taat? Atau kita mau bersandar pada pengertian kita sendiri?
(Arief Wahyudi, S.Th.)