
“Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”
(Mikha 5: 2)
Apabila kita melakukan perjalanan ke berbagai kota, pasti kita berjumpa dengan kisah-kisah seputar kota tersebut. Misalnya saja, Jakarta dulu bernama Batavia pada zaman penjajahan Belanda. Nama ini dipakai untuk mengenang suku Batavia, yaitu sebuah suku Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein; dan nama kapal layar besar, milik VOC, yang kandas di pesisir pulau di Australia.
Begitu juga kota Betlehem Efrata, yang disebut “rumah roti”, bukan kota yang kaya raya dan penuh kesejahteraan. Catatan Mikha, kota ini adalah kota yang kecil dari antara kota-kota kaum Yehuda. Dengan kata lain, kota ini bukan hanya kecil dalam ukuran wilayah, tetapi juga tidak diperhitungkan oleh suku Israel maupun bangsa lain di sekitarnya. Kota ini menjadi kota penting bagi orang Israel karena raja terbesar mereka, Daud lahir dan diurapi sebagai raja. Di kota ini pula, Rahel, isteri Yakub, dikuburkan. Karena itu, tak heran peristiwa kelahiran Kristus terjadi di kota Betlehem sebab dia berasal dari keturunan Daud. Di tengah tak diperhitungkannya kota ini, Betlehem menjadi kota bersejarah bagi orang Israel sekaligus orang-orang Kristen.
Cerita tentang kota Betlehem pun menyimpan sejarah kelam. Setelah Yesus dilahirkan, raja Herodes membunuhi anak-anak di bawah dua tahun. Peristiwa berdarah terjadi di kota ini. Begitu pula di masa kini, kota Betlehem juga menyimpan kisah sedih sebagai kota yang terkepung di antara kekuatan negara yang sedang berperang, yaitu Israel dan Palestina. Kalau saja, kota ini tak memiliki arti penting bagi orang Israel, dan Church of Nativity tak pernah berdiri, barangkali kota ini hanyalah tinggal catatan sejarah. Berkat dua peristiwa itu, kota Betlehem menjadi kota yang aman bagi turis atau peziarah, serta penghasil devisa yang cukup besar bagi pemerintah Palestina.
Cerita tentang kota Betlehem mengingatkan kita bahwa di tengah kisah yang menyedihkan, selalu ada sukacita di dalamnya. Betlehem yang dapat mewakili keadaan yang rapuh sebagai kota yang kecil, terjadi peristiwa berdarah, serta terkepung oleh dua kekuasaan yang berperang. Tetapi sekaligus menjadi kota yang memperlihatkan harapan hidup, yaitu hadirnya dua Raja besar, Daud dan Yesus Kristus, serta menyejahterakan penduduk kota Betlehem hingga hari ini.
Ini mengingatkan misteri hidup kita yang berada di antara dua sisi yang bertolak belakang, kerapuhan sekaligus kegembiraan. Hal inilah yang mengajarkan kita bahwa di tengah kerapuhan kita, selalu ada karya Tuhan yang membawa sukacita dan harapan hidup. Kiranya kerapuhan hidup ini membawa kita semakin melihat titik terang bahwa Allah beserta kita di segala musim hidup kita. Selamat Natal dan Tahun Baru.
(Pdt. Linna Gunawan)