Warta Minggu Ini
BERGANTUNG PADA KEKUATAN ALLAH

“…supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.”
(1 Korintus 2 : 5)

Kali ini anak bungsuku mengutarakan niatnya untuk menjalankan usaha di Jayapura. Terus terang hatiku berharap itu hanya sekadar wacana. Ketika akhirnya saatnya tiba, hanya doa yang dapat kunaikkan pada Tuhan; semoga perjalanan dan usahanya berjalan lancar. Tempatnya cukup jauh; di sana tidak ada sanak saudara maupun teman yang menyertai. Hanya berbekalkan “kemauan serta pengharapan”, anakku berangkat malam itu. Dari menempati hotel yang lengkap fasilitasnya, akhirnya ia memilih untuk kost, karena alasannya, ia pergi bukan untuk berlibur, tapi bekerja.

Melewati bulan kedua, ia menelepon dengan berita, “Ma, aku demam, tapi udah minum ‘panadol’ dan ‘antangin’.” Segera aku menduga ia kena malaria. Aku hanya sempat berpesan apabila besok demamnya masih berlanjut, dia harus segera periksa ke dokter. Keesokan harinya pada hari Minggu siang, ia kembali menelepon, “Ma, aku positif malaria.” Terus terang saat itu rasanya aku ingin terbang ke tempatnya. Biasanya kalau ia sakit, aku akan membuatkan segelas susu hangat dan berdoa sambil menggenggam tangannya. Tapi saat ini jarak antara kami terentang begitu jauh. Ia sempat menyampaikan bahwa sudah ke dokter dan diberi obat, lalu berusaha beristirahat.

Sore itu, suamiku mencoba menghubunginya lagi untuk menanyakan beritanya, namun tidak mendapat respon. Hati orangtua mana yang tak gundah. Akhirnya menjelang malam, ia menjawab dengan suara lemah, “handphone memang dimatikan agar bisa tidur.” Kami hanya bisa menaikkan doa pada Tuhan, agar anakku dapat beristirahat dan mengalami pemulihan dengan kesehatannya. Setelah tiga hari, akhirnya kami bisa menghubunginya dan dengan suara lebih segar ia bercerita, bahwa Minggu pagi itu dalam keadaan demam, sakit kepala dan mual, masih sempat ia mencari makan di sebuah rumah makan Padang, sambil matanya mencari-cari apotek untuk membeli obat. Yang tampak di seberang tempat makannya ternyata sebuah laboratorium. Langsung saja ia menuju ke sana dan memeriksakan darahnya, sehingga ketahuan ia terkena malaria. Dalam keadaan demam yang menggigil, anak bungsuku mengalami topangan Tuhan yang jauh melebihi kehangatan pelukanku.

Pengalaman ini membuatku jadi mengerti, mengapa Paulus menasihatkan jemaat Korintus untuk bergantung pada hikmat Tuhan, bukan manusia. Bahwa dalam keadaan apapun, kita hanya perlu bersandar penuh pada Tuhan, karena dalam kondisi serba tak menentu, bahkan bisa jadi perhatian yang didapat malah membuat pikiran jadi semakin tak karuan. Hal ini membuat relasi antarsesama menjadi kurang harmonis, suka meributkan hal-hal yang tidak penting; jadi saling iri hati, suka saling adu hebat dengan apa yang dimiliki. Karena itu Paulus menasihatkan agar iman mereka tidak bergantung pada pertimbangan manusia, tetapi kepada segala yang Tuhan ajarkan.

Kembali pada kisah anak bungsuku. Melewati hari-hari kerja di Jayapura, ia belajar mengatur waktu, disiplin dan di atas semuanya “mensyukuri segalanya.” Setiap kali kami bertukar kabar, yang dikatakannya selalu “Ma, I’m ok.” Ia malah membagikan betapa Tuhan sedang membentuknya menjadi orang yang kuat.

Pengalaman menghadapi “sekolah kehidupan” secara nyata memang tak sama seperti di bangku sekolah, namun menggantungkan segalanya pada kekuatan Allah, selalu memampukan kita untuk menyatakan, “I’m ok, with God!”

(Astrid Aulia)

GAMBAR TUHAN YANG BEKERJA
“Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh sangat baik” (Kejadian 1: 31a – TB2) Apakah Anda pernah merasa...