Warta Minggu Ini
BELAJAR DARI SIPUT KECIL

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan”.

Yesaya 41: 10


Hari itu, di dapur mungilku hampir terjadi sebuah insiden yang menyebabkan hilangnya satu nyawa. Aku sedang mengiris bawang putih dan mendidihkan air dalam sebuah panci. Semangkuk penuh potongan baby pakcoy siap direbus. Saat itulah mataku menangkap sebuah titik kecil berwarna abu-abu, sebesar kuku jari kelingkingku, ia menempel pada sehelai potongan pakcoy berwarna hijau segar. Kuraih potongan daun itu dan kuperhatikan titik kecil tersebut bergerak perlahan di atas ruas-ruas daun.

Kuaktifkan fitur zoom-in pada kamera ponselku agar dapat melihat makhluk kecil itu lebih jelas. Rasa takjubku menyeruak saat melihat mollusca bercangkang itu berjalan santai dengan perutnya. Sepasang “antena” di atas kepalanya terjulur panjang ke kiri dan kanan. Sesekali ia meliukkan badannya menjejak di jalur aman, dan meninggalkan lendir tipis di permukaan daun.

Apakah ia menyadari, bahwa ia baru saja terlepas dari bahaya yang mengancam nyawanya? Bagaimana ia bisa lolos dari terjangan air, saat aku mencuci helai-helai daun pakcoy itu? Bagaimana ia bisa terhindar dari tajamnya pisau, saat aku memotong-motong sayuran hijau itu? Hingga pada akhirnya ia terlihat oleh mataku, sesaat sebelum aku mencemplungkan pakcoy tersebut ke dalam air mendidih.

Pengetahuanku tentang siput memang minim. Namun ketenangan yang terlihat dari siput kecil itu membuatku tertampar. Berbanding terbalik dengannya, aku kerap gelisah, panik, dan overthinking saat menghadapi sesuatu. Kuakui, banyak hal-hal yang kukhawatirkan, khususnya tentang masa depan anak-anakku. Mampukah aku mengasuh anakku yang berkebutuhan khusus? Bagaimana jika aku tutup usia kelak? Mampukah ia hidup tanpaku?

Melalui perjumpaanku dengan siput kecil tadi, Tuhan mengingatkanku bahwa tak semuanya dapat kukendalikan dengan kekuatanku sendiri. Ada tangan-Nya yang siap memberi pertolongan tepat waktu. Ia bekerja dalam tiap detak, bahkan di saat aku tak menyadari bahwa mungkin aku berada dalam keadaan bahaya yang mengancam nyawaku.

Dari siput kecil itu aku pun belajar tentang ketenangan, dan belajar melepaskan segala kekhawatiranku. Barangkali, banyak pergumulanku saat ini yang belum terjawab, namun Ia telah meneguhkanku bahwa yang kuperlukan adalah kesediaan hati untuk menyerahkan pergumulanku kepada-Nya, agar ringan bebanku.

(Carolina Ardianti A.S.)
-Life Storyteller-

SABAR
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” (1 Korintus...