Warta Minggu Ini
BEGIN WITH THE END

“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.”

(Lukas 21: 34)

Seorang pendaki gunung bernama Yasuko Tanaka, memiliki impian mencapai puncak Everest. Setelah berbagai persiapan panjang, akhirnya ia berhasil mencapai puncak Everest. Saat itu ia menjadi wanita tertua yang berhasil mencapai puncak Everest. Namun, ketika menempuh perjalanan turun, terjadi badai di dalam perjalanan. Sayangnya Yasuko sudah terlalu lelah saat mendaki. Ia kehabisan tenaga, mengalami hypothermia dan akhirnya tewas dalam perjalanan. Seorang penulis biografi menyimpulkan bahwa Yasuko mungkin memiliki tujuan yang salah dan tidak lengkap saat mendaki. Seorang pendaki gunung dianggap berhasil, bukan hanya ketika ia mencapai puncak gunung, tapi juga ketika ia berhasil tiba kembali di kaki gunung dengan selamat. Jika tujuannya keliru, maka cara pendaki menyiapkan diri, mengatur waktu dan tenaga, juga akan salah.

Begitu pula dengan hidup. Kita perlu memiliki tujuan hidup yang benar, supaya tidak keliru dalam mengatur dan menjalani hidup kita. Ya, setiap tahun sesungguhnya kita bergerak semakin dekat dengan kedatangan Yesus yang kedua kali. Jika kita tahu, bahwa pada akhirnya hidup kita di dunia hanya sementara dan akan berakhir pada kekekalan, maka apa yang harus kita lakukan sebagai orang beriman?

Pertama, selayaknya kita memakai hidup ini untuk Tuhan. “… supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan…” Ada pandangan yang semakin berkembang di kalangan dunia, bahwa karena hidup kita hanya sementara, maka mari kita harus mengejar kepuasan, pencapaian dan kesenangan duniawi, bahkan yang melawan kehendak Tuhan dan merugikan sesama. Ya, hidup memang sementara dan kematian bisa datang kapan saja. Tapi sebagai orang beriman yang tahu tujuan akhir hidup di kekekalan, maka kita justru makin membatasi diri pada kesenangan yang sementara. Sebaliknya, makin mengejar hal-hal yang bersifat kekal dan membuat kita semakin mengenal Tuhan.

Kedua, ingat kepada kekekalan. “… Supaya hatimu jangan sarat oleh kepentingan-kepentingan duniawi.” Sebuah terjemahan menyebut “kepentingan duniawi” di sini sebagai “kegelisahan hidup sehari-hari.” Ya, kesibukan dan pergumulan memang merupakan bagian dari hidup yang harus kita lalui setiap hari dan kerap membuat hati kita berat. Namun kita harus tetap ingat, semua di dalam hidup ini hanya sementara. Jangan sampai kita lupa akan Tuhan. Karena itu kita harus mengarah pada kekekalan yang panjang, bukan hanya pada kehidupan yang sementara ini.

Begin with the End. Mari kita jalani tahun baru dengan mulai menata kembali hidup kita. Memikirkan akhir dari kehidupan yaitu kekekalan. Menjadi lebih bijaksana, punya tujuan hidup yang benar, yang tidak kita habiskan untuk kesenangan dunia semata, tapi untuk kemuliaan Tuhan.

(Illona Farolan)

KEKUATAN DOA
“… Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kisah Para Rasul 16: 31)...