Warta Minggu Ini
BACANG YANG KETINGGALAN

“Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain?”
(Lukas 12 : 26)

Saya ketinggalan bacang yang akan saya makan sebagai makan malam sebelum PA Jemaat. Bacang itu tertinggal di atas meja kantor. Saya sedih karenanya, sebab saya pikir pasti besok bacang itu sudah basi sehingga saya membuang uang sia-sia. Suami saya mencoba menghibur dengan mengatakan supaya saya menelpon Building Management kantor supaya AC jangan dimatikan untuk menjaga suhu agar bacang saya tidak basi. Tentu saja saya menolak usulannya, sebab biaya listrik untuk AC akan jauh lebih mahal daripada harga bacang tersebut. Keesokan pagi, saya menemukan bacang itu masih dalam kondisi bagus. Penuh syukur saya menikmatinya dan teringat akan ayat dari Lukas 12 : 26 di atas.

Sepanjang hidup kita selalu terpana akan hal-hal besar sehingga kita juga didorong untuk make big or go home. Entah untuk membuktikan kemampuan kita sebagai manusia atau untuk membuat orang kagum akan pencapaian kita. Karena itu pula hal-hal kecil tidak membuat kita tercengang atau takjub. Ini yang saya kira membuat kita menantikan Tuhan berkarya melalui hal-hal besar. Kita menunggu keajaiban. Tidak salah menantikan hal itu dari Tuhan, sebab siapa yang tidak ingin menantikan hal besar dari Tuhan kita yang maha besar?

Tetapi sepanjang hidup Tuhan Yesus di dunia, Ia tidak hanya melakukan perkara besar. Ia juga melakukan hal-hal biasa yang tampaknya remeh: memberkati anak-anak, mengubah perempuan Samaria lewat percakapan tentang air minum, mengusir demam ibu mertua Petrus. Ia bahkan banyak membuat perumpamaan lewat hal sehari-hari: buluh yang patah, petani yang menabur, rumput di ladang, burung pipit, dsb. Tuhan Yesus bahkan tidak datang dalam kemegahan dan kebesaran saat lahir di sebuah kandang dalam palungan kotor. Kematian-Nya bahkan sangat hina, dan Ia dikubur dalam kubur pinjaman. Manusia seringkali lupa bahwa Tuhan Yesus selama hidup di dunia justru kurang dekat kepada hal-hal megah dan besar.

Bersyukur untuk hal kecil dan yang mungkin juga biasa saja, sebenarnya mengasah kepekaan akan kehadiran Tuhan dalam setiap detik hidup. Jika manusia hanya bersyukur kalau disembuhkan dari kanker atau diselamatkan dari kebangkrutan, di manakah Tuhan saat manusia itu tidur dengan nyenyak, makan cukup dan punya pakaian layak untuk dikenakan? Seakan-akan ada kevakuman Tuhan antara satu keajaiban kepada keajaiban berikutnya. Kondisi ini membuat Tuhan seperti customer service atau IT helpdesk, yang diperlukan kalau manusia punya masalah saja.

Bacang ini hal yang sangat remeh, tetapi ketidakbasiannya bagi saya menunjukkan Tuhan yang peduli. Saya tidak bisa membuat bacang itu tidak basi kemarin. Namun peristiwa itu mengajarkan saya untuk tidak hanya menantikan Tuhan peduli untuk hal besar. Ketika saya menengok ke belakang hidup saya, saya melihat betapa panjang rangkaian kepedulian Tuhan, besar dan kecil. Saya tidak tahu bagaimana jalan di depan saya, tetapi rangkaian di belakang itu menjamin tidak terputusnya kepedulian Tuhan. Karena itu saya percaya dengan ungkapan Yesus yang dituliskan oleh penulis Lukas : saya tidak perlu kuatir akan hal lainnya. Saya ingin melihat karya Tuhan lewat hal-hal biasa dalam hidup saya. Saya bersyukur atas keterlibatan Tuhan yang penuh dalam hidup saya. Semoga Saudara juga melihat karya Tuhan melalui hal-hal sederhana dalam hidup ini.
(Novi Lasi)

GEREJA YANG BERBUAH MANIS (BAGIAN 2)
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan...