
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
(Matius 5 : 16)
Kita baru saja melihat atraksi fenomenal dalam acara pembukaan dan penutupan Asian Games ke-18 yang lalu. Acara ini membuat kita kagum dan bangga serta membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu menyajikan tontonan yang spektakuler dan berkelas. Betapa tidak, lapangan bola terbuka dapat disulap menjadi panggung tarian dengan nuansa alam yang dilengkapi air terjun. Tidak hanya suguhan tarian tapi juga tata suara yang didukung perangkat musik yang sangat baik, dengan sorotan lampu serta kembang api yang menjadikan tempat itu terlihat megah. Salah satu yang memukau adalah tarian Ratoh Jaroe dari Aceh yang ditarikan oleh 1.500 pelajar dari 18 SMA se-DKI, yang ditarikan dalam posisi duduk dan berdiri, tapi dalam waktu cepat para penari berganti warna baju enam kali dan membentuk banyak formasi yang sangat indah.
Umumnya publik menilai sukses penyelenggaraan Asian Games tersebut. Rasa bahagia, bangga, senang, dan puas menyelimuti hati sanubari masyarakat Indonesia. Bagi saya, cerita kesuksesan ini menjadi menarik apabila kita relasikan dengan keberadaan kita sebagai orang Kristen. Apakah keberadaan kita telah sukses membuat orang lain senang sebab terang kita bercahaya? Ataukah malahan sebaliknya, keberadaan kita membuat orang lain takut bahkan menghindari kita?
Matius 5 : 16 mengingatkan kita akan panggilan untuk “sukses” menjadi terang: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Menjadi orang Kristen, kita tidak cukup hanya hadir dalam kebaktian atau aktivitas gerejawi. Terang yang bercahaya berarti memancarkan hal baik yang Tuhan ajarkan, seperti membawa pengaruh yang positif, memelihara kebenaran, dan menyebarkan cinta kasih. Kehadiran kita dalam kebaktian ataupun aktivitas gerejawi akan menjadi lengkap apabila kita mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Apapun karakter dan latar belakang hidup kita, menjadi terang yang bercahaya dapat kita lakukan asalkan kita mau dan selalu berusaha melakukan apapun yang Tuhan Yesus ajarkan. Kita menjadi saluran berkat Tuhan melalui perbuatan dan karya kita. Dengan demikian, hidup kita akan berdampak bagi sesama dan dunia ini. Mereka yang menikmati dampak dari kebaikan yang kita lakukan akan memuliakan Tuhan. Inilah sesungguhnya panggilan untuk mewujudkan iman di tengah dunia. Selamat memancarkan terang itu! Soli Deo Gloria.
(David I. Situmeang)