Warta Minggu Ini
ANAK BUNGSU YANG HILANG

“Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.”
(Lukas 15 : 14)

Perumpamaan tentang anak yang hilang mengajarkan agar kita waspada terhadap kesenangan dunia yang sementara ini. Ketika kita hanya ingin mengikuti keinginan daging, maka segala cara kita lakukan. Berkat yang seharusnya kita gunakan untuk kebutuhan hidup dan dikelola demi masa depan, kita habiskan tanpa sisa. Hubungan orangtua dan anak serta saudara sekandung jadi terganggu karena kepentingan diri sendiri lebih diutamakan. Sebanyak apapun berkat dan harta yang diberikan kepada kita, jika tidak dapat dikelola dengan baik, maka semuanya akan habis sia-sia.

Apalagi harta yang diambil dengan paksa, seperti kisah si anak bungsu ini. Bapanya belum meninggal, tapi dia sudah minta warisan untuk hidup berfoya-foya. Padahal kalau dia mau bersedia tetap tinggal dalam didikan bapanya, hidupnya pasti terjamin, tidak akan kelaparan; sebab bapanya kaya, terbukti dari adanya harta berupa ternak, ladang dan hamba-hamba yang bekerja pada bapanya. Namun, anak bungsu ini nekat pergi meninggalkan bapanya. Dia mau hidup bebas tanpa aturan dan perintah bapanya lagi. Dengan modal harta bapanya dan kurangnya pengalaman hidup, segera saja harta yang menjadi andalannya lenyap. Tidak butuh waktu lama, dia langsung mengalami kelaparan dan tidak ada yang peduli dengan dia lagi. Ungkapan no money no friend, akhirnya dia alami juga.

Untungnya, anak bungsu ini sadar dan segera kembali ke rumah bapanya. Dia baru tahu kalau hidup jauh dari didikan dan perlindungan bapanya, membuatnya mengambil keputusan yang salah. Karena rasa malunya, dia kembali ke rumah bapanya dan tidak berharap banyak bahwa dia akan diakui sebagai anak bapanya lagi. Setidaknya dia bisa bekerja sebagai hamba bapanya. Toh, hamba-hamba bapanya pun hidupnya berkecukupan. Apa yang dipikirkan anak bungsu ini ternyata berbeda jauh dengan bapanya. Bapanya tetap menerima dia apa adanya. Walaupun anak bungsu ini telah menyakiti hati bapanya, tetap ada pengampunan selama anaknya mau datang kepada bapanya.

Inilah kasih Bapa yang kita dapatkan melalui Yesus Kristus. Kala kita hidup jauh dari kasih dan perlindungan-Nya, relasi kita menjadi kering dengan-Nya. Kita menjadi lebih mudah mengambil tindakan yang bertentangan dengan-Nya. Memang kadangkala saat kita menerima kasih Bapa dalam bentuk didikan, membuat kita marah, sedih, kecewa, putus asa. Namun semua itu adalah untuk kebaikan kita. Bapa yang baik mendidik kita agar kita menikmati masa depan yang penuh harapan. Jika kita jauh dari Bapa, maka keinginan dunia ini akan memikat hati kita dan membawa kita menuju masa depan yang suram.

Anak bungsu yang hilang ini masih memiliki kesempatan untuk kembali kepada bapanya yang penuh kasih. Jika kita seperti anak bungsu yang hilang ini, maka ingatlah bahwa kita masih memiliki kesempatan untuk kembali; sebab itu pergunakanlah kesempatan ini dengan baik. Saya teringat lirik lagu yang dinyanyikan oleh Nikita: “Pulanglah anak-Ku, Bapa rindu bertemu. Pulanglah hai anak-Ku, ada ampun Bapa bagimu.” Lagu ini selalu mengingatkan kita untuk percaya pada pengampunan-Nya sehingga apabila kita telah salah melangkah, telah menyia-nyiakan berkat-Nya, atau hanya memikirkan kepentingan diri kita, janganlah kita ragu untuk menjumpai-Nya dan memohon pengampunan-Nya. Allah adalah kasih.

(Debby Puspita)

VALENTINE’S DAY
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, tetapi yang paling besar di antaranya ialah kasih.” 1...