“Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.”
(Yohanes 1: 16 – 17)
Anda pernah mendengar istilah “kintsugi?” Istilah ini berhubungan dengan teknik memperbaiki keramik yang telah rusak ala Jepang. Biasanya, hal yang umum, kalau kita memecahkan barang yang terbuat dari keramik atau gelas, kita dengan segera membuangnya. Selain karena kita tidak mampu memperbaiki, juga kita menganggap barang yang rusak itu sudah tidak bisa diperbaiki. Namun, pada abad ke-15, seorang shogun Jepang yang bernama Ashikaga Yoshimasa meminta seorang pengrajin untuk memperbaikinya. Teknik yang digunakannya yaitu menggabungkan pecahan keramik tersebut dengan pernis yang dicampur dengan emas. Hasilnya sungguh menakjubkan. Keramik yang tak lagi utuh menjadi mahal karena disambung dengan emas. Keindahan teknik pun terletak dari tampilan “luka” yang sengaja dihadirkan, agar garis cantik berwarna emas muncul dipermukaan. Tak heran, kabarnya, para kolektor tak segan untuk menghancurkan pot keramik mereka dan memperbaikinya dengan teknik kintsugi.
Majelis Jemaat dan Panitia Natal GKI Kayu Putih mengangkat tema: Amazing Grace sebagai tema Natal dan Tahun Baru. Tema ini tentu tidak asing bagi kita sebab hal inilah yang menjadi dasar iman kita, yaitu kita hidup karena kasih karunia Allah. Seperti narasi Natal dalam Injil Yohanes, Yesus Kristus adalah Firman Allah yang menjadi manusia. Kita yang tak mampu menjangkau Allah karena kerusakan hidup akibat dosa, tetapi Dia sendiri datang menyelamatkan kita. Karena itu, penulis Yohanes mengatakan dengan tegas bahwa kita telah menerima kasih karunia demi kasih karunia melalui kehadiran Kristus di dunia. Dengan kata lain, hidup kita bergantung pada kemurahan hati Allah, dan Natal merupakan bukti nyata dari kemurahan hati-Nya kepada dunia ini.
Memahami Amazing Grace dalam narasi Injil Yohanes seperti metode kintsugi. Kita yang sebenarnya tak lagi berharga akibat dosa, melalui kasih karunia Allah di dalam Kristus, menjadi berharga kembali. Dia memperbaiki kerusakan kita, bukan dengan menutupi atau menghilangkan luka-luka, namun kasih karunia-Nya memberi kita kesempatan baru dan menuntun kita pada jalan kebenaran-Nya. Karena itu, Amazing Grace berbicara tentang Allah yang tak pernah menyerah memperbaiki manusia yang tak sempurna. Amazing Grace menunjukkan keindahan kasih karunia Allah di antara kehancuran hidup manusia akibat dosa.
Amazing Grace pada Natal tahun ini mau mengajak kita untuk bersyukur bahwa kasih karunia-Nya menyelamatkan kita. Dia tak pernah menyerah untuk memberikan kehidupan baru bagi kita. Karena itu, apapun yang terjadi di tahun depan yang akan kita jalani, kita diajak untuk tak menyerah. Sebab, bagi Allah tak ada yang mustahil. Selamat Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.
(Pdt. Linna Gunawan)