Warta Minggu Ini
I’D RATHER HAVE JESUS

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap kerugian karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya…”

(Filipi 3: 7-8a – TB2)


Pada tahun 1980-an, di Amerika Serikat terbentuk sebuah gerakan bernama “Just Say No”, yang digagas oleh Nancy Reagan. Gerakan ini muncul karena pada masa itu, ada banyak kekacauan dan kehancuran hidup anak muda akibat pergaulan bebas, narkoba, dll. Melalui gerakan ini, Nancy Reagan ingin meningkatkan kesadaran dan mengajak anak muda untuk memilih yang baik, dan berani menolak / just say no, terhadap godaan atau ajakan yang tidak baik dan menghancurkan masa depan mereka. Sayangnya gerakan ini akhirnya dinilai tidak terlalu berhasil. Ada banyak faktor penyebab, salah satunya adalah mereka merasa tidak dapat melihat kehidupan yang lebih baik – jika mereka memilih untuk berkata tidak.

Ya, kita cenderung sulit untuk berkata tidak, jika kita tidak melihat sesuatu yang lebih baik sebagai gantinya. Kita tidak mungkin memilih sesuatu, yang kita tahu pada akhirnya, membuat kita membayar harga dan mengorbankan kenyamanan. Dalam menjalani hidup sebagai orang beriman, kadang kita pun harus memilih jalan, keputusan yang tidak populer, bahkan merugikan kita di mata dunia. Namun ayat bacaan kita hari ini mengingatkan kita akan satu hal yang seharusnya terus menjadi prioritas utama kita. Dasar perhitungan untung / rugi dalam setiap pilihan hidup kita harusnya berdasar pada iman dan pengenalan akan Kristus.

Paulus telah mengalami sebuah pengalaman iman yang membuat ia menyadari, bahwa Kristus adalah harta yang begitu berharga dan lebih mulia dari segalanya. Ya, kini hidup kita adalah milik Kristus, karena itu hidup ini bukan lagi soal apa yang kita mau, apa yang menguntungkan buat kita. Tidak lagi penting seberapa besar keuntungan yang kita dapat / kerugian yang kita keluarkan, asalkan kita bisa memperoleh Kristus dan kebenarannya. Kita harus berani berkata “tidak” pada semua yang menghalangi kita untuk menjalani kebenaran. Sebaliknya, dengan rela berkata “ya” pada semua yang membawa kita kepada Kristus, walaupun kita harus membayar harga.

Pada tahun 1930-an, George Beverly Shea, seorang penyanyi sedang mengalami puncak karirnya, menemukan sebuah puisi karya Rhea F. Miller, berjudul “Id rather have Jesus”. Puisi yang begitu indah, sehingga George tergugah untuk membuat melodi lagunya, dan kemudian merasa Tuhan memanggilnya untuk menjadi penyanyi rohani. Sejak saat itu, ia memilih untuk meninggalkan dunia sekuler dan menginjili sampai akhir hidupnya. Berikut penggalan puisi tersebut:

I’d rather have Jesus than silver or gold / I’d rather be His than have riches untold
I’d rather have Jesus than houses or land / I’d rather be led by His nail-pierced hand

Apakah kita masih merasa, bahwa begitu berharganya Yesus, sehingga tidak akan kita tukar dengan apapun yang ditawarkan dunia ini? Apakah kita masih sungguh-sungguh mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, lebih dari apapun dalam hidup kita? Mari kita jalani kehidupan kita bersama Tuhan dengan komitmen baru, memilih hidup bagi Kristus, berapapun harga yang harus kita bayar.

I’d rather have Jesus than anything
This world affords today

Illona Farolan

UNTUKMU YANG DITINGGALKAN
“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan...