Warta Minggu Ini
WAKTU

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.”

Pengkhotbah 3: 1 (TB2)


Pernah dengar “Time is Money?” Pernah dengar “Killing Time?” Ada dua kubu yang bertentangan. Yang satu mungkin “sangat” menghargai waktu, sehingga beranggapan tidak boleh buang-buang waktu, gunakan tiap detik dengan baik, mengejar uang, cita-cita dan harapan. Setiap detik sungguh dikejar dan dihargai untuk memperoleh sesuatu. Sejam terasa cepat. Sehari bagai dua jam saja. Seminggu lewat begitu saja. Dua puluh empat jam sehari tidak cukup. Empat jam tidur sudah terlalu lama. Mereka menjadi serba kekurangan waktu. Detik dan menit ditukar dengan rupiah, prestasi dan pencapaian.

Kubu yang satu lagi harus berjuang melewati waktu, detik, menit, jam, hari bahkan tahun. Dalam masa menunggu seseorang, menanti kesembuhan, atau bahkan menanti tanggal tua, tanggal gajian. Rasa bosan dan sepi bagaikan siksaan yang tiada akhir. Mereka sering terbangun tengah malam hanya untuk menanti subuh. Ada juga yang takut akan gelap malam, karena identik dengan kesepian, sendiri dan sunyi. Sungguh sangat tersiksa karena detik, menit dan jam seakan berjalan lambat sekali.

Siapa yang salah? Yang terburu-buru dan sangat menghargai waktu? Atau yang menikmati waktu dengan santai, menjalani suatu penantian? Yang mana yang benar? Mungkin ini bukan soal benar atau salah. Tapi bagaimana menyikapi waktu itu sendiri. Tuhan menciptakan waktu dengan berbagai macam warna dengan masing-masing karakter, fungsi dan tujuan.

Di kitab Pengkhotbah dikatakan: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya”. Ini dapat diartikan bahwa kita harus bijaksana menggunakan waktu. Jangan sampai hanyut dalam pusaran rutinitas. Tenggelam dalam kesibukan, sampai lupa berbuat baik. Atau bahkan berdiam diri, cuek terhadap lingkungan, terpenjara dalam kesendirian, dan menjadi anti-sosial.

Bagaimana kalau kita yang menjadi tuan akan waktu? Kapan kita harus adu cepat berlomba dengan waktu, kapan berdiam diri menikmati kesendirian, berefleksi, meditasi dan berintrospeksi sekalian beresolusi? Jadikanlah waktu itu berharga bukan dinilai dari uang tapi karena memiliki makna dan arti, tidak berlalu sia-sia. Pergunakan waktu dan kesempatan menjadi berkat, menjadi lebih berarti bagi keluarga, teman, dan Tuhan.

NN

BELA RASA DI PAHITNYA HIDUP
“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu bahwa dengan bekerja keras begini kita harus membantu orang-orang yang lemah...