
“Alangkah cepatnya mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka.”
(Keluaran 32: 8a)
Ketika terjadi kemacetan di jalan tol, pemandangan yang sering terjadi adalah banyak mobil menggunakan bahu jalan untuk mendahuhului. Tak sedikit tanda peringatan telah diletakkan agar pengguna jalan tidak menggunakan bahu jalan kecuali dalam keadaan darurat. Biasanya alasan takut terlambat atau terburu-buru adalah alasan umum sebagai pembenaran boleh menggunakan bahu jalan saat kemacetan terjadi. Padahal masalah utamanya adalah ketidaksabaran. Tidak sabar mengakibatkan tidak tertib dan kehilangan kepedulian pada keselamatan diri sendiri dan orang lain. Bukan karena keadaan darurat
Musa tidak bersegera turun dari gunung Sinai, lalu membuat bangsa Israel kehilangan kesabaran untuk menunggu. Mereka lalu memutuskan menyuruh Harun membuat patung anak lembu emas tuangan. Mereka bersukaria dengan pembenaran yang sudah mereka lakukan. Tidak ada lagi bangsa yang ingat akan ratusan tahun hidup sebagai budak di Mesir, yang membuat mereka berteriak meminta pertolongan pada Tuhan. Tidak ada lagi bangsa yang ingat bagaimana laut terbelah sehingga mereka selamat dari kejaran pasukan Mesir. Dan tidak ada yang ingat akan tiang awan dan tiang api sebagai bukti penyertaan Tuhan dalam perjalanan mereka. Semua hilang karena ketidaksabaran menunggu. Bukan karena adanya keadaan mendesak atau kedaruratan. Alangkah cepatnya mereka mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka, firman Tuhan pada Musa.
Membaca bagian ayat ini, seperti memaksa saya mengingat bahwa sebenarnya dalam versi berbeda, ada banyak episode kehidupan saya juga tak lebih baik dari pengguna bahu jalan di atas, bahkan tak ubahnya dengan ketidaksabaran bangsa Israel. Karena menjaga sikap yang baik dan benar saat menunggu, adalah hal yang tidak mudah. Ada saat saya ingin jawaban dan solusi instan, tapi Tuhan menggunakan pola berbeda dari pikiran saya. Dan tak sekali dua saya lalu memilih cepat menyimpang ketimbang memilih tinggal tenang dan percaya. Tiba-tiba saya merasa bisa jadi ayat ini pun tertuju kepada saya, sebagai alarm pengingat apakah saat saya ingin masalah saya cepat selesai, saya masih ingat bagaimana Tuhan memelihara kehidupan saya hingga hari ini. Cara Tuhan mungkin terlihat lamban, mungkin terasa memutar jauh, dan mungkin meleset dari perkiraan saya, tapi ketika saya berusaha mengingat kembali, ternyata cara Tuhan tetaplah yang terbaik dan terindah, karena rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera.
Sailorina Herawanni