Warta Minggu Ini
NEW YEAR, NEW ME

“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, …Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya…”

(Filipi 3: 10, 12)



Memasuki tahun yang baru, orang biasanya membuat resolusi. Berkomitmen untuk melakukan sesuatu supaya hidup ini menjadi lebih baik. Misal, resolusi untuk hidup lebih sehat, lebih banyak menabung, dan lain-lain. Begitu juga dalam kehidupan orang beriman, kita kadang membuat resolusi, misal ingin menjadi lebih rendah hati, lebih banyak percaya dan bersyukur kepada Tuhan, lebih bertumbuh dan melayani Tuhan.

Tapi jika boleh jujur, berapa lama kita bisa bertahan mengerjakan resolusi kita? Saya pernah membaca sebuah studi yang diadakan untuk mempelajari kebiasaan orang dalam resolusi Tahun Baru. Dari keseluruhan responden, ditemukan hanya sekitar 30% yang berhasil mempertahankan resolusinya sampai akhir tahun. Sisanya mengaku hanya bertahan tidak sampai 3 bulan. Kecenderungan ini kerap membuat orang merasa tidak ada lagi gunanya membuat resolusi, karena biasanya kita akan gagal dan melanggar resolusi kita.

Bagaimana dengan resolusi kita terkait kehidupan beriman? Tak dipungkiri, kita yang tidak sempurna ini juga kerap gagal mempertahankan resolusi dalam kehidupan beriman. Namun apakah kita boleh berhenti dan menyerah? Apalagi jika resolusi itu berkaitan dengan perubahan hidup dan karakter kita, agar semakin serupa dengan Kristus.

Ayat bacaan kita hari ini menggambarkan kerinduan Rasul Paulus untuk hidup semakin mengenal dan menjadi serupa dengan Kristus. Pada ayat sebelumnya disebutkan, apa yang dahulu dianggapnya keuntungan, kini dianggapnya sampah, karena pengenalan akan Kristus lebih berharga dari segalanya. Bagi Paulus, kini mengenal Kristus dan menjadi serupa dengan-Nya bagaikan gairah hidup, fokus yang terus-menerus dikejar dalam hidup.

Setiap orang beriman harus memiliki kerinduan dan berkomitmen untuk semakin mengenal dan menyerupai Kristus. Karena itu resolusi untuk berubah dan memperbarui hidup sangat penting. Komitmen ini harus terus kita perbarui. Kita tidak boleh menyerah, sekalipun kita lemah dan berulang kali gagal, hingga pada akhirnya, resolusi tersebut harus menjadi sebuah habit, dan habit tersebut menjadi karakter.

Tentu saja dalam melaksanakan resolusi iman ini, kita tidak bisa bersandar pada kekuatan sendiri, melainkan harus terus berpijak di atas kekuatan Kristus. Seorang rekan memberi ilustrasi kepada saya. CHRISTIAN tanpa CHRIST, menjadi IAN – I Am Nothing. Hidup dan kekuatan kita sepenuhnya bergantung kepada Kristus. Demikian juga ketika kita menjalani komitmen iman kita.

Kita telah masuki bulan kedua di tahun yang baru ini. Biarlah kita masuki dengan komitmen iman di hadapan Tuhan. Ia tidak akan meninggalkan kita, dan akan terus memampukan kita untuk berubah menjadi semakin serupa dengan-Nya.

New Year, New Me.

(Illona Farolan)

PENDIDIKAN YANG TERPENTING
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada...