
“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.”
(1 Timotius 6: 6)
Pada tanggal 8 Oktober yang lalu gereja kita berulang tahun ke-41 tahun. Ulang tahun pada tahun ini adalah kali kedua kita merayakannya dengan sederhana, tanpa ada acara syukuran seperti tahun-tahun sebelumnya. Tentu saja penyebabnya adalah pandemi COVID-19 yang membuat kita tak mungkin mengadakan acara secara onsite. Dalam kebaktian Minggu yang lalu, kita merayakannya melalui ibadah Minggu dengan tema “Hidup Tanpa Manipulasi” serta ucapan selamat ulang tahun dari para pengerja. Sederhana. Tapi apakah bermakna?
Sederhana, apabila dikaitkan dengan perayaan, kadangkala gagal dipahami sebagai ungkapan syukur. Dalam banyak tradisi dan budaya, kita sudah terbiasa dengan perayaan berarti pesta gemerlap sebagai simbol dari rasa syukur dan kebahagiaan atas peristiwa yang menggembirakan. Apalagi jika pesta tersebut dihubungkan dengan posisi dan status sosial dari si penyelenggara, kadangkala ungkapan syukur berubah makna menjadi ajang pamer kepemilikan maupun pertemanan yang semu. Manipulatif, alias memanfaatkan keadaan atau sesama untuk kepentingan pribadi, bisa terjadi dalam pesta tersebut.
Rasul Paulus menasihatkan anak rohaninya, Timotius, untuk tidak masuk dalam budaya pamer yang ada di sekitar jemaat yang dilayaninya. Budaya pamer itu telah merusak kehidupan jemaat. Mereka saling bersaing menunjukkan siapa diri mereka, saling sikut agar dihormati, dan memanipulasi kehidupan bersama untuk kepentingan mereka pribadi. Semua itu terjadi dalam ibadah. Karena itu, Paulus mengembalikan makna ibadah yang ditujukan untuk menyembah Tuhan dengan berjuang bagi keadilan dan kebenaran. Ini cukup bagi jemaat dalam rangka pertandingan iman. Dibandingkan dengan mengejar kekayaan sebagai ajang pamer, Paulus mengatakan hal itu akan membawa kehancuran diri pribadi maupun komunitas Kristen.
Perayaan ulang tahun gereja kita pada tahun ini mengajarkan kita tentang kesederhanaan yang bermakna. Mengingat gereja, pada hakekatnya, adalah persekutuan tubuh Kristus yang melakukan karya Allah, maka kesederhanaan hari jadi gereja ditandai dengan semangat membawa cinta dan kebenaran dalam seluruh kehidupan gereja kita. Kita diingatkan untuk melayani bukan ingin popularitas, tetapi melayani dengan ketulusan, kejujuran dan otentik. Kesederhanaan akan menghasilkan keuntungan besar bagi kita, yaitu kita semakin mencintai dan dicintai Allah. Selamat ulang tahun bagi kita semua. Soli Deo Gloria.
Pdt. Linna Gunawan