Warta Minggu Ini
SEBUAH KETAATAN

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
(Ibrani 11 : 1)

Seorang teman curhat kepada saya. Dia mengeluhkan harga barang-barang yang naik, belum kalau hujan agak besar sedikit saja rumahnya kebanjiran. Semua usaha yang dilakukannya tidak memuaskan hasilnya. Kadangkala teman saya itu merasa tidak sanggup menjalaninya lagi. Konseling kepada pendeta, jawabnya tidak memuaskan hatinya. Saat itu saya hanya mendengarkan tanpa menyelanya. Sampai akhirnya dia bertanya, “Apa yang harus saya lakukan?”

Saya menjawab, “Seperti yang kamu ceritakan tadi, rasanya semua nasihat pendeta itu benar sekali. Cara terbaik adalah belajar berdamai dan menerima kenyataan dalam hidup ini, dan tetap beriman serta bersandar pada Tuhan; berdoa dan berusaha.”

Tuhan tahu kok apa yang kita perlukan. Setelah percakapan itu kami tidak lagi bertemu. Suatu saat saya diundang datang ke rumahnya. Begitu tiba di alamat rumahnya, saya agak bingung. Bentuk rumahnya berbeda sekali dengan rumah yang dulu pernah saya kunjungi. Setelah menekan bel berkali-kali, dia keluar dengan wajah sumringah senyumnya lebar.

Dengan semangat dia bercerita tentang hidupnya sambil mengucapkan syukur kepada Tuhan karena bisa merenovasi rumahnya sehingga kalau hujan sudah tidak banjir lagi. Apa karena dia dapat undian ratusan juta rupiah? Tidak. Apa karena dia dapat pekerjaan yang gajinya besar sekali? Juga tidak. Semua karena iman dan doa yang dikabulkan Tuhan, yang dinyatakan lewat warisan mertua yang sama sekali tidak disangka-sangka. Bersamaan dengan itu anaknya juga mendapatkan pekerjaan yang bagus. Inilah cara Tuhan menyatakan kasih-Nya kepada orang yang berharap dan tetap beriman kepada-Nya. Bukan sebuah kebetulan.

Ada orang yg menghabiskan waktunya hanya dengan mengeluh dan minta dikasihani. Tapi teman saya ini berupaya keras untuk menjalani hidupnya sekalipun dia seorang single parent dan beberapa kali usahanya jatuh bangun. Dia belajar berdamai dengan keadaan dan tetap bersyukur. Inilah yang disebut proses menuju kematangan diri yang sesungguhnya. Tetap taat dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya. Sebuah pengalaman iman yang sangat luar biasa.

Pengalaman iman teman saya ini mengingatkan saya akan surat Ibrani yang berbicara tentang iman. Penulis Ibrani menyaksikan bahwa iman adalah iman ketika di dalamnya ada harapan. Iman yang menggerakkan kita untuk menaruh percaya pada Allah dan percaya pada perbuatan-Nya sekalipun kita belum melihatnya dengan jelas. Kepercayaan kepada Allah membuat kita mau hidup taat pada perintah-Nya. Kita taat bukan karena kita takut atau ngeri dengan hukuman Tuhan, melainkan ketaatan kita didasari oleh iman. Oleh karena iman yang taat ini, penulis Ibrani memberi contoh, sejumlah tokoh Perjanjian Lama melakukan perbuatan-perbuatan yang luar biasa di dalam hidup mereka.

Dalam hidup kita, kadang hidup taat amatlah sulit. Kita selalu memaklumi ketidaktaatan kita dengan mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Di satu sisi, jawaban ini memang benar, tidak ada manusia yang sempurna. Namun, bukan berarti kita menyerah pada ketidaktaatan. Ketaatan kepada Allah bersumber dari iman kita kepada-Nya. Imanlah yang membuat hidup kita taat kepada Allah. Bukan karena kita takut menghadapi masa depan, tetapi karena cinta kita kepada Allah. Inilah iman. Selamat beriman dengan taat kepada-Nya.

(Yani Himawan)

PERSEVERANCE
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan...