Warta Minggu Ini
NO PAIN, NO GAIN

“Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.”

(Roma 8: 17-18)

Mutiara, hasil laut yang karena begitu indahnya, dinilai sangat mahal dan dijadikan perhiasan, bahan kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. Tapi banyak orang tidak tahu bagaimana mutiara itu terbentuk. Mutiara terbentuk dari mantel / lapisan yang dikeluarkan oleh tiram ketika pasir masuk ke dalamnya. Pasir membuat tiram iritasi, sehingga tiram membuat lapisan mantel tersebut untuk mengurangi rasa sakitnya. Tetapi pasir tidak pernah berhenti masuk ke dalamnya, sehingga rasa sakit tersebut tidak hilang dan tiram terus menerus memproses mantel. Akhirnya, jadilah mutiara yang begitu indah. Keindahan yang dihasilkan dari rasa sakit.

Every pain has it’s own purpose, setiap rasa sakit / penderitaan memiliki tujuannya masing-masing. Yesus sendiri merasakan sakit yang luar biasa ketika Ia diadili, disiksa bahkan ketika disalibkan untuk memenuhi tujuan dari Allah, yaitu menyelamatkan kita semua dari dosa. Rasul Paulus merasakan sakit atas penyiksaan yang dialaminya pada saat ia menyebarkan Firman Tuhan untuk memenuhi tujuan pelayanan. Ia sadar bahwa mengikut Allah bukan berarti pain-free atau terbebas dari rasa sakit apapun. Ia berpegang pada janji Allah yang akan selalu memberinya kekuatan dalam menghadapi rasa sakit / penderitaannya.

Saat pandemi seperti ini banyak dari kita mengalami rasa sakit atau penderitaan, tidak hanya secara fisik, tapi secara mental dan spiritual. Mungkin kita merasa sangat lelah dalam menghadapi pandemi ini. Jujur, saya sangat lelah menghadapi kondisi ini, mungkin secara fisik saya sehat, tapi tidak secara mental. Teman-teman saya mengatakan bahwa saya sudah burned-out. Walaupun saya bersyukur bahwa performa perusahaan di mana saya bekerja sekarang tidak terlalu mengalami efek dari pandemi ini, akan tetapi sebagai seorang team leader, saya sangat kelelahan karena ada kondisi tertentu mau tidak mau saya harus mengambil alih pekerjaan agar operasional perusahaan tidak terganggu. Saya sering mengeluh ke Tuhan kalau saya kelelahan sekali, bahkan sampai menangis. Tapi ketika saya sedang mengeluh, Tuhan selalu mengingatkan kepada saya bahwa yang saya alami ini bukan tanpa tujuan, segala sesuatu ada tujuannya, dan segala sesuatu ada waktunya.

Saya percaya bahwa apapun yang kita alami memiliki tujuan to level-up, untuk menjadi kantung anggur yang baru bukan yang lama. Belajar seperti tiram, ketika rasa sakit dari pasir menyerang, endure the pain, tahan rasa sakit tersebut, mintalah kekuatan yang asalnya dari Tuhan maka Ia yang akan menguatkan kita, sehingga mutiara yang indah akan tercipta. No pain, no gain. Kiranya Tuhan memberkati.

(Citra Surya)

PEOPLE COME AND PEOPLE GO
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3 : 1) “People come and...