
“Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”
(Yohanes 6: 66)
Pada perayaan hari besar di sekolah saya waktu itu, hampir semua kelas mengikuti lomba paduan suara dan kelas saya pun ikut serta. Ketika itu, film layar lebar, Sister Act, sedang booming dan tentu saja lagu pengiringnya pun sangatlah tenar, yaitu I Will Follow Him. Kami pun segera memilih lagu tersebut sebagai lagu yang akan dinyanyikan dalam paduan suara kelas kami. Karena lagu tersebut mudah dinyanyikan dan dihafalkan liriknya, maka kami tidak sungguh-sungguh mempersiapkan diri dengan baik. Ketika kami tiba di atas panggung, hanya seragam kami yang membuat kami terlihat harmonis, sedangkan lagu yang kami nyanyikan menjadi tidak harmonis. Seharusnya lagu ini diganti menjadi “I Will Follow Me”, sebab kami bernyanyi menurut kehendak kami masing-masing. Kami turun panggung dengan perasaan malu dan menyesal karena tidak mengikuti arahan pemimpin latihan kami dengan baik.
Lagu yang sarat makna ini mengisahkan seorang yang telah menemukan kasih sejati yang selama ini dia cari dan ternyata hanya ada di dalam Tuhan. Hidupnya berubah setelah dia tahu bahwa Tuhanlah yang terlebih dahulu mengasihi dia dan menerima dia apa adanya sehingga dia berkomitmen untuk mengikuti-Nya. Bahkan lautan terdalam dan gunung tertinggi pun tidak akan mampu memisahkan kasih Tuhan dari dirinya.
Dalam kisah perjalanan Tuhan Yesus memberitakan kabar baik, ternyata banyak yang mengundurkan diri dan mencari jalannya masing-masing. Pengajaran-Nya memang tidak mudah dipahami, apalagi untuk dilakukan apalagi bila kepentingan diri sendiri lebih utama daripada kepentingan orang lain. Sekalipun Tuhan Yesus melakukan banyak mukjizat, Dia memilih jalan penderitaan karena kebenaran. Menjadi murid-Nya berarti meneladani perbuatan-Nya. Ketika banyak murid-Nya mengundurkan diri, Tuhan Yesus “menantang” murid-murid yang lain dengan pertanyaan, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Simon Petrus menjawabnya dengan berkata kepada siapa lagi dia harus pergi, selain Tuhan Yesus. Dia memutuskan untuk tetap mengikuti-Nya karena perkataan Tuhan Yesus adalah perkataan hidup yang kekal. Tidak ada sosok lain yang memperkatakan kebenaran yang membawa manusia kepada keselamatan kekal.
Perjalanan kita menjadi pengikut Tuhan Yesus tidak akan mudah untuk dijalani. Di saat-saat tertentu kita harus memilih untuk tetap hidup menurut kehendak-Nya atau tidak sama sekali. Hambatan yang membuat kita takut ketika menjalani hidup ini membuat kita sulit menentukan pilihan. Hanya dengan mengingat kasih-Nya yang besar dan percaya kepada perkataan-Nya, kita dapat belajar setia mengikuti-Nya. Selamat berjalan mengikuti-Nya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua.
(Debby Puspita)