Warta Minggu Ini
YOU ARE WHAT YOU DO

“Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”

(Yakobus 2: 18b)

Saya cukup hanyut dalam mengikuti kekisruhan politik Amerika Serikat. CNN dan Twitter feed saya penuh dengan berbagai berita yang setiap hari sejak kwartal awal tahun lalu hingga saya menulis ini, membuat saya geleng-geleng tidak percaya. Saya mencoba untuk memahaminya dari sisi psikologi, tetapi tidak bisa memberi jawaban yang memuaskan rasa penasaran saya, hingga saya tiba pada bacaan harian saya dari kitab Yakobus. Kita sudah sering membaca ayat tentang iman tanpa perbuatan adalah mati. Kita juga memahami bahwa “karena kita orang Kristen, maka kita mesti melakukan perbuatan baik.” Berdasar premis ini perbuatan baik dimulai dari sebuah identitas, artinya kita melakukan sesuatu karena memilik identitas.

Membaca kitab Yakobus dan melihat apa yang terjadi di Amerika dan juga sekeliling kita, saya ingin memulai dari titik yang berbeda, bukan dari identitasnya. Donald Trump menggunakan identitasnya: laki-laki, kulit putih, orang kaya, dan presiden untuk melakukan berbagai hal. Pejabat BUMN yang berlaku tidak pantas: pejabat negara, laki-laki, boss, dan karir cemerlang. Seorang remaja yang membawa teman-temannya mengeroyok petugas SPBU karena tidak suka ditegur untuk tidak merokok saat mengisi bensin: remaja dengan banyak teman. Ketiganya (dan banyak orang lainnya) memulai rangkaian perilakunya berdasar identitas yang dimilikinya. Ini menjadi masalah dalam berbagai peristiwa. Kita tentu tahu frasa “Kamu tahu nggak siapa saya?” Identitas akhirnya memberi alasan berperilaku. Hal ini berguna jika yang dilakukan baik, tetapi jika yang dilakukan tidak baik, identitas menjadi alasan untuk bergerak di luar hukum dan norma dan di atas orang lain.

Yakobus memiliki persepsi yang berbeda. Baginya, tidak ada gunanya menggunakan identitas “saya Kristen” tetapi perilakunya tidak menggambarkan Kristus yang diikuti. Yakobus berseru: berbuatlah sesuatu, tunjukkan perilaku demi perilaku, yang ketika semuanya dikumpulkan menjadi sebuah kategori yaitu pengikut Kristus. Yakobus tidak mendorong supaya perbuatan itu sifatnya harus besar dan “wow” rasanya.

Yakobus juga menyatakan bahwa perbuatan yang membuktikan iman harus mendorong orang lain menjadi lebih baik. Ia mengingatkan iman tidak diamalkan dengan merendahkan orang lain (Yak. 2: 1-13). Identitas yang kita miliki tidak seharusnya digunakan untuk menampilkan perbuatan yang menyatakan “saya lebih baik darimu.” Dia menyerukan perbuatan-perbuatan yang inklusif, sesuai dengan identitas Kristus. Dalam kitab Yakobus saya mendapatkan jawaban bahwa apa yang kita lakukan setiap hari, baik yang ditujukan kepada diri sendiri, kepada orang lain dan kepada Tuhan – itulah yang menunjukkan siapa saya. Seberapa konsisten saya dalam berperilaku dengan identitas yang saya klaim?

Mari kita berbuat selaras dengan identitas pengikut Kristus. Karena melalui perbuatan tersebutlah orang lain bisa mengakui identitas kita. Semoga perbuatan demi perbuatan kita menampilkan Kristus yang hidup dalam diri kita.

(Novi Lasi)

BERJALAN BERSAMA SAHABAT
“Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota...