
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”
(Kejadian 1 : 1)
Buku berjudul Night of a Million Miracle, yang terinspirasi oleh kisah nyata, menceritakan misi pengiriman satu juta Alkitab berbahasa Tiongkok melalui kapal laut di pelabuhan Shantou pada tahun 1981. Kotak-kotak kedap air berisikan Alkitab mengapung di lautan untuk diambil oleh penduduk Tiongkok yang bersembunyi di balik pohon-pohon di pantai. Misi yang sangat berbahaya bagi pemberi dan penerima Alkitab sebab pemerintah Tiongkok pada saat itu sangat menentang penginjilan di negerinya. Sebagian Alkitab berhasil diambil oleh penduduk kota yang memang sudah siap sedia di pinggir pantai. Tetapi polisi berhasil menyita sebagian kotak-kotak itu dan mencoba membakarnya. Namun, polisi tidak berhasil membakarnya sehingga mereka merobeknya dan melemparkannya ke laut. Alkitab-alkitab itu mengapung dengan halaman putih terbuka sehingga laut itu seperti bubur beras. Kelihatannya misi ini kurang berhasil, tetapi para nelayan yang tinggal di pinggir pantai mencoba untuk mengambil dan menjemur kertas-kertas itu dengan hati-hati lalu membacanya. Mereka rela dipenjara demi memiliki Alkitab. Bagi mereka, Alkitab lebih berharga dari emas.
Pertama kali mereka membaca ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’ menyadarkan mereka bahwa ada Allah yang menciptakan dunia. Bukan suatu kebetulan bahwa tulisan di Alkitab diawali dengan kebenaran bahwa Allah ada dan menciptakan dunia ini. Sementara pemerintah Tiongkok mengajarkan bahwa Allah tidak ada, dunia tidak diciptakan, tetapi terjadi begitu saja. Kisah penciptaan telah menumbuhkan iman mereka untuk semakin mengenal siapa Allah walaupun nyawa taruhannya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki kerinduan untuk mengenal siapa Allah itu yang telah menciptakan kita? Saat ini kita masih memiliki kebebasan untuk memiliki, membaca dan belajar memahami Alkitab. Kita mudah membeli Alkitab dengan berbagai ukuran dan versi atau mengunduh gratis di aplikasi smartphone. Apakah keberadaan Allah itu berbunyi keras dalam hidup kita yang mendapatkan berbagai kemudahan?
Mengenali dan memercayai bahwa Allah, Sang Pencipta, itu ada, hal ini akan menolong kita untuk bertahan dalam hidup ini. Berbagai masalah hidup yang harus kita hadapi bahkan ketika nyawa adalah taruhannya, kita tidak akan takut untuk menghadapinya sebab kita percaya hidup mati ada dalam kuasa-Nya. Kita berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Tanpa Allah, hati kita akan terasa kosong, walaupun kita memiliki isi dunia ini.
Belajar dari semangat perjuangan penduduk Tiongkok untuk mendapatkan Alkitab yang dikisahkan oleh Paul Estabrooks dalam bukunya di atas tadi, biarlah ini menyemangati kita untuk terus mengenal Allah. Semakin kita mengenal-Nya, semakin kita mengasihi-Nya. Seperti pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, biarlah kita terus semakin dalam belajar mengenal-Nya. Kiranya Tuhan memberkati kita.
(Debby Puspita)