
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
(Amsal 17: 17)
Relasi apapun memiliki komitmen. Pernikahan, pasangan suami-istri terikat komitmen untuk hidup dalam suka dan duka di sepanjang hidup pernikahan mereka. Orangtua terhadap anaknya, berkomitmen untuk membesarkan dan mendidik anak tersebut hingga mandiri, bahkan cinta yang diberikannya berlaku seumur hidup. Anak memiliki komitmen untuk menghormati dan menghargai orangtuanya. Begitu juga dalam persahabatan, mereka yang bersahabat memiliki komitmen satu sama lain.
Uniknya komitmen dalam persahabatan adalah bahwa komitmen tersebut tak pernah tertulis atau terikat seperti hubungan darah atau pernikahan. Tanpa harus diperinci atau dipaksakan oleh keadaan tertentu, dua orang sahabat secara natural berkomitmen untuk saling memerhatikan, berbagi dan menerima. Mereka dengan sendirinya hadir pada saat-saat tersulit dalam hidup sahabatnya. Sahabat menerima diri sahabatnya apa adanya tanpa harus menghakiminya. Seorang sahabat tak perlu harus disuruh untuk memberi sebab pemberian itu keluar dengan sendirinya karena kasih yang tulus kepada sahabatnya. Sahabat juga tak pernah bosan untuk menangis, tertawa dan mendoakan sahabatnya sebab sahabatnya adalah bagian dari dirinya.
Penulis Amsal memberi definisi tentang persahabatan. Dengan hikmatnya, penulis Amsal menjelaskan persahabatan melalui komitmen yang tak tertulis. Apabila kita membacanya dengan cermat, kita bisa menangkap isi dari komitmen tersebut. Seorang sahabat berkomitmen untuk mengasihi sahabatnya tanpa dibatasi oleh waktu. Kehadirannya terjadi kapanpun sahabatnya membutuhkannya. Jarak dan waktu tak pernah merusak persahabatan mereka. Begitu pula, seperti relasi persaudaraan, sahabat selalu mendampingi sahabatnya dalam situasi yang mendukakan. Kerelaan berkorban, mendampingi tanpa henti dan pemberian yang tulus akan mewarnai hidup sahabatnya yang dalam kesulitan.
Persahabatan kita dengan gereja juga membutuhkan komitmen. Seperti layaknya seorang sahabat, gereja berkomitmen untuk memberi pelayanan terbaik kepada anggota jemaat dan simpatisannya. Keterbukaan untuk memberi ladang pelayanan, pelayanan kebaktian-kebaktian, penghiburan pada saat duka, pendampingan untuk saling menguatkan dan memberi dorongan positif adalah contoh komitmen persahabatan gereja. Begitu juga sebaiknya, sebagai anggota jemaat dan simpatisan, kita pun berkomitmen untuk berjalan bersama gereja melaksanakan program-program pe-layanannya.
Saat ini, kita pun diajak untuk berjalan bersama dengan gereja kita untuk mewujudkan program pendirian the House of Friendship. Ini adalah mimpi kita bersama sebagai gereja untuk menularkan persahabatan Kristus kepada sesama. Melalui program #JanjiSehati, kita diundang untuk terlibat menerapkan nilai dan komitmen persahabatan itu. Namanya sebuah komitmen, maka dalam program #JanjiSehati ini kesetiaan kita tidak diukur dari besar kecilnya jumlah yang kita berikan. Komitmen itu diukur dari konsistensi dalam memberi dan mendoakan program ini. Dua tahun kita akan menjalani komitmen ini bersama sambil melihat sedikit demi sedikit mimpi persahabatan itu terwujud. Selamat berkomitmen. Semua sahabat, sahabat semua.
(Panitia Pengadaan Dana – program #JanjiSehati)