Warta Minggu Ini
IMAN, IPTEK & ADAT BUDAYA

“Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat-istiadat nenek moyangku”.
(Galatia 1: 14)

Berbicara masa depan Bangsa Indonesia secara umum dan umat Kristiani secara khusus, berarti berbicara mengenai harapan, kesempatan dan tantangan yang dihadapi. Tahapan awal dari eksternal adalah era globalisasi, era perdagangan bebas, di mana seakan-akan tidak ada lagi garis demarkasi/batas yang dapat dilihat mata. Di sisi lain, Indonesia memiliki persoalan internal yang sangat kompleks. Mengantisipasi gambaran di atas, kita, baik sebagai bangsa maupun umat Kristen, sedapatnya berperan dan mereformasi untuk mencari terobosan yang tepat guna dalam menghadapi tantangan yang multi complex ini. Faktor manusia itu sendiri adalah kunci untuk menjawab tantangan yang dihadapi. Manusia harus berusaha keras, ulet dan percaya diri, jujur, disiplin serta harus memiliki IMAN, IPTEK dan ADAT BUDAYA (TRILOGI PENGEMBANGAN DIRI).

Secara khusus, umat Kristiani di Indonesia dituntut untuk memahami, menguasai dan mengaplikasikan “Trilogi Pengembangan Diri” tersebut. Jika dijabarkan, umat Kristiani harus mengadakan introspeksi diri. Iman percaya kita kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah berkorban di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia harus dipahami betul dan ditingkatkan terus. Begitu pula masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan kendala dalam upaya pengembangan diri seseorang untuk lebih maju dan percaya diri dalam usahanya mensejahterakan diri. Kita diajak untuk seterusnya meningkatkan penguasaan Iptek, agar kita tidak ketinggalan ‘zaman’ dengan perubahan yang serba cepat.

Kemudian Adat Budaya yang perlu diterapkan dan ditingkatkan selama tidak bertentangan dengan norma kekristenan kita. Orang bijak mengatakan bahwa kebudayaan adalah merupakan tolak ukur untuk menilai tinggi-rendahnya budi pekerti suatu bangsa. Apabila adat budaya bernilai rendah, maka derajat bangsa itupun rendah. Ucapan orang bijak tersebut mengandung kebenaran, karena adat budaya suatu bangsa adalah ciptaan manusia yang mengatur tata krama, sopan santun yang saling menghormati antarsesama. Prinsipnya setiap manusia ditakdirkan untuk bermasyarakat dan berbudaya. Hal ini juga diakui oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Galatia. Dia tidak bisa lepas dari kenyataan bahwa dia adalah produk budaya Yahudi dan Yunani.

Tuhan Yesus sendiri datang ke dunia ini bukan untuk menghancurkan adat budaya, akan tetapi meminta supaya adat budaya tersebut dilakukan di bawah kuasa Allah. Kepatuhan kepada Allah harus lebih besar daripada kepatuhan kepada adat budaya itu sendiri. Tuhan Yesus dan para rasul-Nya tetap menghargai adat budaya dari bangsa mereka maupun bangsa lainnya. Oleh karena itu, umat Kristiani harus tetap memelihara dan melestarikan adat budaya tersebut. Prinsipnya, adat budaya tidak mampu sepenuhnya membarui hidup tetapi Injil membarui seluruh tatanan dan tata tertib kehidupan. Adat budaya dapat dipraktikkan oleh umat Kristiani sebagai bagian dari tata tertib sosial yang diterangi oleh Injil dalam kehidupan bersama dalam masyarakat.

Akhirnya, berbagai krisis yang melanda bangsa Indonesia tidaklah hanya dapat diperbaiki oleh pemerintah, tetapi kiranya kita sebagai individu atau komunitas umat Kristiani harus terus-menerus meng-upgrade dirinya agar mampu bersaing dalam berbagai hal. Integritas yang tinggi, perilaku jujur dan penolong sangat diharapkan. Selamat bertumbuh dan berkembang dalam kehidupan ini.

(Elizabeth Adriana)

NATAL 1914
“….untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.”...