“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
(Filipii 4 : 6)
Setiap kita pernah mengalami kondisi yang tidak nyaman. Kita bisa menyebutnya sebagai kekacauan dalam hidup. Kekacauan hidup dapat dimulai dari hal yang sederhana. Misalnya saja, saat kita ketinggalan handphone di rumah padahal kita sudah setengah perjalanan. Bisa jadi kejadian ini membuat kita merasa bete seharian. Saat kita perlu data penting, tapi kita tidak bisa mengaksesnya karena semua datanya ada di handphone yang tertinggal. Kita tidak bisa mengontak orang-orang yang perlu kita hubungi hari itu. Kerumitan hidup juga dapat terjadi pada hal-hal yang sulit, misalnya saja kita harus mengambil keputusan berat. Memilih satu dari dua pilihan yang terbaik atau terburuk. Yang pasti dampak kekacauan ini memunculkan ketindaknyamanan dalam hidup, seperti ketakutan dan kekuatiran yang mungkin berlanjut menjadi depresi.
Dalam kitab Kejadian, sosok Yusuf merupakan pribadi yang hidupnya pernah dalam kekacauan. Masa kecilnya dirundung (di-bully) saudara-saudara tirinya karena iri bahkan dijual sebagai budak. Penderitaannya tidak berakhir sampai di situ. Akibat Yusuf menolak rayuan istri Potifar tempatnya bekerja, dia masuk penjara. Namun perjalanan hidup yang kacau tersebut disyukuri oleh Yusuf sebagai bagian dari rencana Tuhan menyelamatkan keluarganya dan bangsanya dari bencana kelaparan. Di samping kekacauan hidupnya, Tuhan mengaruniakan kesempatan-kesempatan yang baik. Dia diberikan kemampuan mengartikan mimpi, sehingga dia mampu mengartikan mimpi Raja Firaun. Hal ini membuat Raja Firaun mengangkat Yusuf untuk mengatur lumbung pangan dengan baik di Mesir.
Kemampuan untuk melihat yang baik di tengah kekacauan hidup merupakan jalan kebajikan untuk bersyukur dalam hidup ini. Jalan kebajikan inilah yang juga akan membuat kita tidak khawatir dalam menjalani hidup yang kacau dan tidak mudah. Karena itu, menurut Paulus kepada jemaat Filipi, betapa pentingnya relasi kita dengan Tuhan. Relasi yang terbuka menyatakan segala yang terjadi dalam hidup kita kepada Tuhan. Menceritakan kacaunya hidup ini sambil belajar percaya kepada Tuhan yang akan turut bekerja di tengah kekacauan yang terjadi. Doa menjadi sarananya. Doa menjadi kunci komunikasi kita dengan Tuhan.
Hidup kita tidak kebal terhadap masalah. Kita bisa saja sekarang ini sedang merasakan kekacauan hidup. Kita tidak tahu bagaimana menyelesaikan semuanya. Tapi kita diingatkan untuk menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan. Ungkapkan secara terbuka kepada-Nya melalui doa-doa kita. Selamat berdoa, selamat mengalami cinta kasih Tuhan.
(David Situmeang)