Warta Minggu Ini
JANGAN MENCURI KEMULIAAN ALLAH!

“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
(Yohanes 3 : 30)

Di dalam Injil Yohanes, khususnya pada bacaan Injil Yohanes 3 : 23 – 30, penulis Injil menggambarkan sosok Yohanes Pembaptis sebagai sosok yang rendah hati. Yohanes digambarkan dalam sosok yang mengenal dirinya sendiri. Pengenalan yang mendalam ini menjadikan Yohanes Pembaptis memiliki gambar diri yang luar biasa. Masih ingatkah kita akan peristiwa pembaptisan Yesus? Sosok Yesus yang telah dibaptis oleh Yohanes mendapatkan perhatian dari khalayak ramai, ternyata membaptis orang di dekat tempat Yohanes membaptis. Alhasil, banyak orang datang kepada Yesus, dan hal ini membuat murid-murid Yohanes Pembaptis datang dan bertanya tentang hal ini. Yang menarik di sini adalah bagaimana Yohanes merespons pertanyaan dari pengikutnya dengan menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dalam hidupnya adalah pemberian dari sorga!

Mengapa Yohanes Pembaptis menggunakan kata sorga untuk menyatakan setiap hal yang ada di dalam hidupnya? Perlu kita lihat bahwa Yohanes Pembaptis menyatakan juga kepada para pengikutnya bahwa dirinya bukanlah Mesias, bukan seseorang yang ditunggu untuk membawa pembebasan bagi Israel, melainkan hanya seorang pembuka jalan yang diutus untuk mendahului Mesias itu sendiri. Ungkapan segala sesuatu yang ada pada dirinya merupakan milik pemberian Allah menunjukkan sikap Yohanes bahwa apapun yang ada di dalam hidupnya bukanlah hasil usahanya, melainkan pemberian Allah yang di sorga. Yohanes justru menyatakan dirinya ‘bukan siapa-siapa’ dibandingkan sang Mesias. Ada usaha untuk membawa orang mengenali dirinya bahwa dia, Yohanes, bukanlah siapa-siapa, sebagaimana dia mengenal dirinya sendiri. Hal ini semakin dikuatkan di ayat 30, “Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil.”

Memilih untuk merendahkan diri dan membiarkan setiap bagian dari hidupnya sebagai pengingat akan kemuliaan Allah bukanlah pilihan yang mudah. Memilih untuk dilupakan dapat menyakiti ego manusia. Inilah jalan hidup yang dipilih Yohanes Pembaptis. Dia memilih untuk dilupakan agar dia tidak menumpang pada kemuliaan Allah. Dia meletakkan hidupnya pada titik tersebut karena dia mengenal dirinya adalah milik Allah. Setiap kerja kerasnya merupakan bentuk ungkapan syukur atas anugerah Allah, setiap kekaguman dan pujian yang dia dapatkan hanya untuk Allah semata.

Bagaimana dengan kita? Bukankah di dalam setiap pekerjaan kita, kita tetap membutuhkan penghargaan dari orang lain? Ada beberapa orang mencari penghargaan dari orang di sekitar kita dengan berbagai cara, bahkan bisa melalui pelayanan di dalam komunitas gereja. Memang godaan-godaan ini dapat muncul di dalam keseharian kita, bahkan secara tidak sadar kita dapat melakukannya, dengan alasan-alasan yang baik, yang terkesan mulia. Tetapi semua itu berpusat kepada diri sendiri, semua itu untuk memuaskan rasa kurang diperhatikan oleh orang-orang terdekat dalam hidup kita. Di sinilah kita perlu belajar bersikap seperti Yohanes Pembaptis. Kita berhenti menempatkan rasa kurang diperhatikan sebagai tujuan memuliakan diri sendiri. Jika kita bertujuan memuliakan diri, maka kita sedang ‘mencuri kemuliaan Allah’ dan mengenakannya seolah-olah kemuliaan itu milik kita. Semoga Allah dan berkat penyertaan-Nya justru dapat kita wartakan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Ad Maiorem Dei Gloriam – untuk kemuliaan Allah yang lebih besar.

(Michael Suryajaya, S.Si (Teol))

PELAYANAN DI YOUTH FEST
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,...