Warta Minggu Ini
AMY

“Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
(Matius 7 : 2)

Orang mudah sekali menghakimi orang lain hanya lewat info minim atau lewat info tangan kedua. Itulah yang saya rasakan setelah melihat film dokumenter tentang Amy Winehouse. Hati saya agak pedih melihat ia dibicarakan dan ditertawakan oleh banyak orang lewat berbagai talk show seperti yang digambarkan dalam film dokumenter itu. Sebelum film itu muncul, saya pernah membaca atau mendengar sedikit tentang Amy bahwa ia pecandu narkoba, pemabuk, dan sebagainya. Otomatis saya menyimpulkan bahwa saya tidak suka padanya. Karena itu pula saya tidak ingin mendengarkan lagu-lagunya. Tetapi menonton film tersebut – yang hampir saya pindahkan channel-nya – membuat saya melihat Amy yang berbeda. Walau saya tetap tidak menyukai musiknya, namun kata-kata dalam lagunya adalah kata-kata yang jujur dan menyatakan dirinya apa adanya. Pengalaman masa lalunya membuat Amy seperti itu. Apakah film tersebut ingin memberikan ‘excuse’ atas Amy, saya tidak tahu. Tetapi film itu mengubah pandangan saya tentangnya. Usai film tersebut saya merasa sangat kasihan padanya. Mereka yang mengejek Amy tidak pernah berupaya menolong Amy dari keterperosokannya atas obat-obatan dan alkohol. Mereka menyatakan bahwa Amy sebagai pemusik berbakat ‘harusnya seperti ini atau itu’. Ejekan dan pernyataan yang buruk atas Amy membuatnya makin terpuruk dan membuatnya jatuh makin dalam kepada obat dan alkohol sebagai upaya melupakan semua.

Sebagai orang percaya, kita tidak lepas dari jerat mengadili orang lain. Takaran yang kita pakai seringkali adalah diri sendiri – ‘karena saya tidak selingkuh, maka mereka yang selingkuh adalah orang berdosa’; ‘anakmu kurang diajar sopan santun, tidak seperti anak saya yang sopan’; ‘aktivis gereja seperti saya punya iman yang lebih kuat dibanding mereka yang datang di hari Minggu saja’, dan seterusnya. Takaran yang kita buat sebenarnya bisa jadi menyesatkan sebab mendasarkan kepada takaran yang tidak murni sama seperti orang yang kita adili sehingga hasil penghakiman kita juga tidak sempurna. Namun mengambil firman Tuhan sebagai dasar untuk menghakimi sama artinya mengambil peran Tuhan tanpa kita tahu apa kehendak Tuhan atas orang lain tersebut.

Kepedulian yang baik bukan lewat menghakimi, kepedulian diwujudkan lewat intervensi menolong dan terlibat dalam pemulihan. Inilah yang terhalang untuk mewujud karena disebabkan oleh takaran yang dipakai untuk mengukur. Karena itu Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk berhati-hati dalam menghakimi orang. Dia menasihati seperti itu sebab sekelompok pemuka agama dan mereka yang beragama waktu itu seringkali memakai hukum-hukum agama untuk menilai orang lain, tetapi sayangnya ukuran yang sama tidak dikenakan kepada dirinya sendiri.

Film Amy mengajar saya untuk melihat Amy-Amy di sekitar saya, bukan untuk menakar ketidaksempurnaan mereka, tetapi mengulurkan tangan yang menolong. Bukan sekadar menghakimi, tetapi membantunya untuk keluar dari pergumulannya.

(Novi Lasi)

HARAPAN DI TAHUN YANG BARU
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4: 13) Biasanya tahun yang baru identik...