Warta Minggu Ini
MEMBAGI BERKAT

“Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”
(Roma 15 : 1)

Ayah saya meninggal di Sukabumi beberapa hari yang lalu dan dikremasi di Cilincing. Walau jarak yang ditempuh sekitar 126 kilometer, namun lalu lintas di Sukabumi terkenal buruk sehingga perlu waktu perjalanan lama padahal kremasi dimulai pukul 9 pagi. Karena itu mobil pembawa jenazah ayah saya dipasangi sirene. Saya mengamati beberapa perilaku dalam perjalanan dini hari tersebut. Ada beberapa pengendara motor yang tampaknya kurang suka harus memberi kami jalan sehingga bukannya melambatkan kendaraannya, malah menambah kecepatan sehingga motor-motor itu melewati iring-iringan kami. Sepanjang jalan yang diawali oleh sirene mobil, iring-iringan kami diselip oleh mobil yang nebeng laju kami yang dipercepat. Saya heran mengapa mereka seperti itu. Tetapi mungkin para pengendara motor tersebut belum pernah berada dalam posisi kami yang mengejar waktu untuk tepat waktu kremasi. Bisa jadi mereka berasumsi untuk apa memberi jalan sementara penguburan punya waktu yang lebih fleksibel. Atau mungkin mereka juga punya urusan yang mendesak sehingga tidak sabar untuk memberi jalan bagi kendaraan kami.

Awalnya saya sempat kesal sebab mereka menyelak tiba-tiba. Akibatnya kami bolak-balik me-rem mendadak sehingga kondisi ini membahayakan kami dan para penyelak. Setelah sport jantung, berkali-kali saya menarik napas menenangkan diri. Kami sedang berduka, tetapi mungkin kami tidak bisa fokus kepada kebutuhan kami untuk didahulukan. Mungkin kami punya kesempatan untuk memberi berkat dengan membagi kesempatan melaju dengan cepat bersama-sama. Akhirnya saya menjalani sisa perjalanan itu lebih tenang.

Paulus berpesan kepada jemaat Roma agar mereka saling menguatkan. Ada saat-saat tertentu di antara mereka yang tadinya hidup begitu wajar, kuat, bahagia, tiba-tiba lemah oleh berbagai masalah. Sebaliknya, mereka yang dulu lemah, tak berdaya, tetapi hadir menjadi sosok yang begitu kuat. Dalam hidup iman, Paulus menasihatkan mereka agar mereka tidak hanya memikirkan diri sendiri. Bahkan Paulus menggunakan kata ‘wajib’ bagi mereka untuk menanggung mereka yang lemah. ‘Wajib’ bukan sekadar berkonotasi ‘paksaan’ tetapi secara positif kita bisa memaknai sebagai bagian dari tanggung jawab orang Kristen: berada bersama mereka yang lemah. Karena itu, Paulus menambahkan nasihatnya agar jemaat Roma tidak mencari kesenangan diri sendiri.

Melalui perjalanan iringan kendaraan pemakaman ayah, saya belajar bahwa ketika fokus tidak tertuju kepada diri sendiri, bahkan dalam kondisi duka, ada pelajaran-pelajaran yang Tuhan ajarkan. Selamanya saya menjadi kaya oleh hal ini bahwa saya tidak bisa memaksa orang memahami kondisi saya. Sebaliknya saya harus belajar punya alasan kuat dan kesempatan untuk menjadi berkat sekalipun sepertinya saya lebih ‘wajar’ untuk menerima berkat. Inilah kekuatan Tuhan bagi saya dan kita semua. Tidak selalu orang yang kelihatan lemah, punya masalah menjadi orang yang lemah, sebaliknya bisa jadi dia menjadi orang yang menguatkan kita. Selamat menjadi berkat.

(Novi Lasi)

TURNING POINT
“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”. Ayub 42: 5 OS...