Warta Minggu Ini
GUSTI ALLAH MBOTEN SARE (Refleksi Akhir Tahun)

“Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu, “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.“

Markus 4: 39


Gusti Allah mboten sare (Tuhan Allah tidak tidur) adalah salah satu ungkapan Bahasa Jawa yang cukup terkenal untuk menggambarkan bahwa kita tidak sendiri dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini. Ketika seseorang tengah menghadapi pergumulan hidup, tekanan hidup, ungkapan tersebut muncul secara spontan. Gusti Allah mboten sare seolah-olah memberi daya kekuatan magis bagi seseorang untuk bersikap struggle dan pantang menyerah karena yakin Tuhan akan menyertainya.

Dalam satu pelawatan ke kediaman seorang ibu lansia yang suaminya sudah meninggal dan anak-anaknya sudah dewasa dan mandiri, tampak dia masih tegar menjalani kehidupannya. Memang raut wajah terlihat tua dan lelah (pinjam istilah lagunya Ebiet G Ade), tapi nampaknya dia tipe orang yang pantang menyerah. Perjalanan kehidupan yang cukup jauh sampai di usia lansia saat ini diwarnai pelbagai pergumulan, yang memerlukan stamina dan endurance yang dia rasakan kadang hampir habis ditengah jalan. Tetapi dia bersyukur masih punya Tuhan, masih ada Yesus! Ia masih merasakan dalam sukma dan jiwanya bahwa Gusti Allah mboten sare. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun dia jalani. Kadang jalan di depannya rata, kadang bergelombang, kadang ada gerimis dan tidak jarang ada hujan badai, semua dia lewati. Kadang dengan senyuman dan kadang dengan air mata, tetapi imannya memang tangguh, dia merasa selalu digendong Tuhan, dia merasa aman.

Menyimak kisah perjalanan Tuhan Yesus dengan murid-muridnya di danau yang tiba-tiba diamuk oleh topan yang dahsyat sehingga ombak menyembur masuk ke perahu dan perahu nyaris tenggelam, kita bisa memahami kepanikan dan ketakutan murid-murid. Tetapi ironisnya saat itu Tuhan Yesus sedang tidur. Hal ini sama dengan yang kita alami pada saat kita menghadapi badai kehidupan, kita sudah berdoa, kita sudah mencari Tuhan, kita sudah mengetuk pintuNya. Tetapi seolah Dia tidak menjawab, seolah Tuhan sedang tidur. Disinilah kesabaran dan iman kita diuji. Ternyata waktu Tuhan memang bukan waktu kita. Sebenarnya Tuhan tidak sedang tidur, Dia akan memberikan jawaban tepat pada waktunya, indah pada waktunya. Kita memang harus ikut rancangan-Nya, sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan malapetaka, untuk memberikan kepada kita masa depan yang penuh harapan (Yeremia 29: 11).

Sebentar lagi tahun 2024 akan segera kita tinggalkan. Barangkali banyak peristiwa pahit dan menyesakkan yang kita alami di tahun 2024. Namun, si ibu lansia yang kita lawat di atas ternyata bisa tegar melewatinya. Walaupun dia tidak melihat penyertaan Tuhan secara fisik seperti halnya para murid-murid, tetapi dia tidak terlihat panik dan takut menghadapi pergumulan hidup. Pada saat badai datang seolah dia mendengar suara Tuhan menghardik badai :” Diam! Tenanglah!” dan badai itu berlalu. Ternyata memang Tuhan tidak tidur, Gusti Allah mboten sare.

(Pnt. Eko Wahyu Andriastono)

BUAH JATUH TAK JAUH DARI POHONNYA
“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu…” (Amsal 1: 8) Suatu kali Charlie Chaplin pernah diajak...