 
						 
						“Salah seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu sujud di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu orang Samaria. Yesus berkata, “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?” Ia berkata kepada orang itu, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.””
(Lukas 17: 15 – 19 – TB2)
Pernahkah Anda didatangi seorang kenalan yang sedang bergumul dan meminta didoakan? Berapa banyak dari kenalan tersebut yang kemudian datang dan menyatakan update kepada Anda apapun juga hasilnya? Doa adalah “alat” yang sangat luar biasa kuasanya. Tuhan Yesus bolak-balik menyatakan hal ini dalam berbagai kesempatan, contohnya saat kebangkitan Tabitha, ketika Ia mendiamkan badai, sewaktu memberi makan ribuan orang, termasuk doa-Nya di taman Getsemani. Artinya ketika seseorang meminta didoakan, ia sedang meminta pelipatgandaan kuasa seperti yang disampaikan dalam Matius 18: 19.
Jadi bayangkan jika seseorang curhat dan kemudian ia meminta supaya saya mendoakannya. Itu artinya sudah ada dua orang berdoa: dirinya dan saya. Orang tersebut ternyata tidak hanya curhat kepada saya tetapi kepada lima orang lainnya, berarti ada tujuh orang yang bersama-sama bersepakat di hadapan Tuhan menyampaikan permohonan. Bayangkan besarnya kuatnya doa atas permohonan tersebut, bukan? Saya terus terang sangat ingin tahu bagaimana hasil dari doa itu, sebab jika belum ada perubahan atas situasinya, maka saya akan terus berdoa. Jawaban atas doa akan menjadi suatu berkat yang bisa menjadi bekal saya dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Update juga mengkalibrasi cara dan isi saya berdoa untuk orang tersebut.
Renungan yang saya baca tentang sepuluh orang kusta mengajari sisi lain dari suatu update atas suatu permohonan kepada Tuhan. Sepuluh orang mengalami kondisi yang sama, mereka mengalami penderitaan berat karena sakit kusta: pergi meninggalkan keluarga dan kota di mana mereka tinggal sebelumnya, tidak boleh beribadah dan dihinakan. Artinya persepsi atas beratnya derita semestinya dirasakan kesepuluh orang tersebut dan derajat keinginan untuk sembuh mestinya sama besar. Saya rasa inilah yang menjadi dasar bagi Tuhan Yesus untuk berbelas kasihan dan menyembuhkan mereka. Sayangnya hanya satu yang kembali mengucapkan terima kasih, orang asing pula. Tahukah Anda bahwa orang Samaria yang sembuh ini mendapatkan hadiah yang jauh lebih besar dari kesembuhannya dari kusta: jiwanya diselamatkan!
Update atas permohonan doa menuntun kita untuk mencatat kebaikan Tuhan dan bersyukur atasnya, walaupun perubahan tersebut kecil saja. Lewat pengucapan syukur atas setiap perubahan kecil, kita dibiasakan memiliki mindset bersyukur. Kita tidak hanya bersyukur untuk keajaiban spektakuler. Kita tidak hanya bersyukur di dalam angin badai, kita bersyukur juga atas angin sepoi-sepoi. Jadi adakah teman-teman yang perlu di-update atas situasi Anda? Update-lah mereka dan ceritakan tangan Tuhan yang bekerja, rasakan syukur yang mengalir dalam diri Anda.
(Novi F. Lasi)
