Warta Minggu Ini
40 TAHUN: JOURNEY OF HOPE

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.”

(Habakuk 3: 17 – 19)

Angka 40 dalam Alkitab termasuk angka istimewa. Keistimewaannya terletak pada catatan-catatan peristiwa berkaitan dengan angka 40. Misalnya saja, hujan dan banjir yang turun ke bumi pada zaman Nuh berlangsung selama 40 hari dan 40 malam. Lalu, perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun. Catatan lainnya adalah masa puasa yang dijalani oleh Tuhan Yesus di padang gurun sebelum memulai pelayanan-Nya berlangsung selama 40 hari. Tentu saja kita masih bisa menambahkan jumlah catatan Alkitab yang terkait dengan angka 40. Namun, apabila kita perhatikan, angka 40 ini berhubungan erat dengan masa-masa sukar dan berliku, yang di dalamnya terjadi perpaduan antara ketaatan manusia dan penyertaan Tuhan.

Sekalipun tak berhubungan dengan angka 40, tetapi dalam kitab Habakuk nyata penderitaan umat terekam dalam doa dan seruan nabi Habakuk. Kejahatan, ketidakadilan, kegagalan usaha, bencana alam, bahkan pandemi terjadi dalam keseharian hidup umat. Nada-nada marah, frustasi, gelisah, kekecewaan, kegentaran, ketakutan, dan banyak lagi emosi negatif muncul dari suara nabi Habakuk kepada Tuhan. Barangkali, baginya, dunia ini tak lagi bisa diperbaiki. Ketidakmengertian akan alasan mengapa semua ini terjadi, berbaur dengan ketidaktahuan akan masa depan menjadi bagian yang banyak dipertanyakan oleh nabi. Namun, menariknya, di bagian akhir dari kitab ini, menjadi kesimpulan dari semua tragedi, yaitu iman selalu berbicara tentang harapan. Harapan yang tidak meniadakan duka, apalagi menghindari kemalangan. Harapan yang menikmati kasih setia Tuhan di tengah derita. Harapan yang mengenali kekuatan Tuhan di saat Dia seolah diam.

Pada bulan ini, tepatnya tanggal 8 Oktober yang lalu, GKI Kayu Putih merayakan 40 tahun perjalanan sebagai Gereja Tuhan sejak didewasakan pada tahun 1980. Perjalanan yang patut kita syukuri karena anugerah tercurah serta penyertaan-Nya, pada segala musim yang telah dilewati oleh gereja kita. Namun, pada usia 40 tahun ini pula, kita sebagai Gereja Tuhan, diajar kembali akan hidup beriman melalui peristiwa yang mengejutkan saat ini, yaitu hadirnya Covid-19. Saat ini pula kita dipanggil untuk menjalani bahtera Gereja dengan harapan yang tak mudah. Harapan untuk tetap bertahan dari kondisi yang buruk karena pandemi. Harapan untuk tetap berbuah sekalipun rasanya berat untuk dijalani. Harapan untuk tetap dewasa, sekalipun penderitaan ini masih terasa panjang. Pengalaman menikmati anugerah Tuhan selama 40 tahun, inilah yang membuat kita tetap percaya bahwa Dia adalah sumber kekuatan kita. Selamat ulang tahun bagi kita semua.

(Pdt. Linna Gunawan)

MENEMUKAN MAKNA DARI KEGAGALAN
“Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4: 13 – TB2) Saya pernah merasa...