Warta Minggu Ini
2020: DOA. CINTA. SETIA.

“Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.”

(Mazmur 69: 10)

Bagi warga Jakarta dan kota-kota lain yang terendam banjir, tahun 2020 dibuka dengan tragedi dan duka, tepat di hari pertama. Duka juga menimpa gereja kita. Sejak GKI Kayu Putih berdiri dan berada di lokasi sekarang ini, baru kali ini air banjir berhasil menerjang masuk ke dalam gedung gereja. Ruangan-ruangan lantai dasar di gedung utama, GSG, Gedung tempat kebaktian Remaja telah dipenuhi oleh air. Duka kita semakin bertambah ketika kabar duka datang dari keluarga salah satu founder gereja kita, tante Nelly Naftali. Setelah dengan susah payah tim relawan memindahkan tante Nelly dan suaminya, om Chandra, keluar dari rumahnya, yang tepat berada 2 rumah di belakang gereja, ke gedung gereja; akhirnya mereka berdua berhasil diungsikan ke apartemen tempat anaknya berada. Sayangnya, dalam kondisi yang lemah karena sakit, tante Nelly meninggal dunia tepat di hari kedua tahun 2020.

Mengenal tante Nelly sejak saya melayani di GKI Kayu Putih, saya mengenangnya melalui tiga kata: doa, cinta dan setia. Saya ingat kisah yang selalu diceritakannya saat dia menjadi penatua, menjadi salah satu anggota panitia pendewasaan jemaat serta panitia pembangunan gedung gereja kita. Dia selalu mengatakan gereja kita dibangun hanya dengan doa. Penatua dan panitia kala itu bermimpi kita bisa memiliki gedung permanen untuk ibadah dan kegiatan. Namun Majelis Jemaat tahu bahwa mereka tak punya dana yang cukup untuk membeli tanah dan membangunnya. Dengan doa dan air mata, mereka bersatu hati untuk mendoakan mimpi mereka. Tuhan menjawab doa-doa mereka dan memberi keajaiban-Nya untuk jemaat kita.

Kisah tante Nelly mengajarkan saya tentang kekuatan doa, sekaligus cintanya kepada rumah Tuhan dan kesetiaannya pada Tuhan. Terakhir kali berjumpa dengannya tiga bulan yang lalu, dia mengucapkan kalimat yang tak mungkin saya lupakan. Dia berkata, “Linna, maaf, sekarang tante sudah tidak bisa membantu gereja lagi. Tante tidak bisa pergi ke gereja lagi”. Saya meresponsnya, “Tante sudah memberi banyak untuk gereja. Ingat kan tante bilang kalau tante berdoa dan menangis untuk gereja. Sekarang tante bisa lakukan itu. Gereja kita masih membutuhkan doa-doa tante”. Dari ucapannya, dia sebenarnya masih ingin melakukan sesuatu untuk Tuhan. Kisah hidupnya mengingatkan saya akan refleksi pemazmur tentang kecintaannya pada pelayanan kepada Tuhan dan rumah-Nya yang ditunjukkan melalui kerelaannya menerima celaan dari musuh-musuhnya.

Sekalipun tahun ini dibuka dengan duka, namun di awal tahun ini pula tante Nelly telah mengajarkan kita tiga hal penting dalam hidup beriman: doa, cinta dan setia. Pergilah dengan damai, tante Nelly. Selamat berjumpa dengan Sang Khalik yang tante cintai. Terima kasih untuk pelajaran iman yang akan mengisi hari-hari kami di tahun 2020 ini. Doa saya bagi keluarga tante Nelly dan duka banjir di Indonesia. Tuhan menolong dan menguatkan kita.

(Pdt. Linna Gunawan)

HARI ULANG TAHUN
“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”...