
“Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.””
(Matius 9: 21)
05-05-2022 mengingatkan saya akan kasih dan kebesaran Tuhan dalam hidup saya, ketika Tuhan menjawab doa dan pergumulan saya untuk bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi melalui beasiswa. Dua belas tahun saya menanti janji Tuhan itu. Sebagai manusia, saya hampir menyerah. Namun bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, ketika kita sungguh-sungguh beriman dan mempercayakan hidup kita hanya ke dalam tangan-Nya. Tangan Tuhan akan selalu terulur kepada setiap kita yang setia dan taat kepada-Nya. Janji-Nya seperti fajar pagi hari yang tidak pernah terlambat bersinar, demikian yang saya rasakan pagi ini ketika saya bangun dari tidur dan hanya ungkapan syukur yang boleh saya panjatkan. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya akan tanggal 05-05-2012, genap 10 tahun sudah saya mengembalikan talenta yang Tuhan beri dengan menjadi seorang pendidik di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Pengalaman tersebut membuat saya merasakan kemurahan Tuhan, bahkan menguatkan saya ketika pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Ungkapan rasa syukur atas semua pengalaman dalam hidup saya ada pada lagu dengan lirik-lirik ini:
Tuhan tak pernah janji langit selalu biru
Tetapi Dia berjanji selalu menyertai
Tuhan tak pernah janji jalan selalu rata
Tetapi Dia berjanji berikan kekuatan
Jangan pernah menyerah, jangan berputus asa
Mukjizat Tuhan ada saat hati menyembah
Jangan pernah menyerah, jangan berputus asa
Mukjizat Tuhan ada bagi yang setia dan percaya
Seperti lirik terakhir dalam lagu di atas: “Mukjizat Tuhan ada bagi yang setia dan percaya”, mengingatkan kita akan iman demikian yang dialami seorang perempuan yang sudah 12 tahun lamanya menderita pendarahan. Matius 9: 20 – 22 mencatat, “Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”” Iman perempuan itu yang menyembuhkannya.
Kiranya kisah inipun boleh menghidupi setiap kita melewati masa-masa kelam pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir. Kiranya iman perempuan yang menderita pendarahan selama 12 tahun ini boleh menjadi inspirasi kita untuk tetap setia dengan janji Tuhan, sekalipun waktu yang kita inginkan tidak sejalan dengan waktu Tuhan. Terus beriman dan setia serta menaruh harap kita hanya kepada Tuhan, Sang Pemilik hidup kita. Jangan pernah menyerah dan berputus asa karena Tuhan berjanji untuk selalu menyertai dan memberi kita kekuatan sekalipun kita sedang menghadapi gelombang badai hidup kita. Ingat selalu janji Tuhan yang seperti fajar pagi hari yang tidak pernah terlambat bersinar. Soli Deo Gloria.
(Kumalawati Abadi)