Warta Minggu Ini
UNGKAP, TEBUS, LEGA

“Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan.”
(Amsal 15 : 16)

Saya bekerja sebagai konsultan keuangan untuk investasi korporasi, tentu sudah bisa ditebak topik yang akhir-akhir ini hangat adalah terkait Tax Amnesty. Saya juga berjumpa pelanggan yang investasi keuangannya terkendala karena terdapat perbedaan antara pelaporan pajak dan keadaan sesungguhnya. Mereka juga mengungkapkan kesalahan pelaporan pajak masa lampau bisa terjadi karena nasihat yang mereka peroleh dari konsultan pajak yang sengaja melakukan penggelapan. Beberapa teman keluarga, ada juga yang merasa cemas atas tidak tepatnya pelaporan pajak yang konon katanya membuat mereka stress dan jatuh sakit.

Gereja kita sudah beberapa kali juga mengulas tentang dampak dan pentingnya menggunakan fasilitas Tax Amnesty. Saya melihat dari sudut pandang Kristiani yang berbeda bahwa membayar pajak bukan saja karena diajarkan oleh Yesus sebagai kewajiban terhadap negara melainkan ada aspek lain yang jauh lebih penting.

Pertama, kejujuran kita adalah suatu hal yang hakiki sebagai Citra Allah. Kejujuranlah yang memberi rasa aman. Ada atau tidak adanya Tax Amnesty, kejujuran akan melegakan kita, apalagi melalui Tax Amnesty ini kejujuran kita dihargai dan dilindungi melalui Undang Undang. Oleh karenanya slogan Tax Amnesty : “Ungkap, Tebus, Lega”, sangat tepat agar kita mengungkapkannya dan menebus kesalahan kita dengan tebusan yang jauh lebih kecil dari denda sesungguhnya agar kita merasa lega.

Kedua, orang Kristen sudah akrab betul dengan konsep “penebusan” Yesus di kayu salib. Yesus yang tidak bersalah harus menanggung hukuman untuk menebus seluruh manusia yang berdosa. Apakah hal ini adil bagi Yesus? Tentu tidak. Namun, karya penebusan-Nya melegakan seluruh manusia termasuk kita. Teladan Yesus yang rela menebus kesalahan manusia menjadi inspirasi tiada henti bagi kita, apalagi dalam menebus kesalahan perpajakan yang mungkin terjadi karena perbuatan kita sendiri.

Ketiga, kita harus melihat suatu kepatuhan adalah nilai diri kita sebagai orang Kristen. Saya sempat bertemu orang yang memberi pembenaran atas penggelapan pajak sebagai respon atas sistem keuangan negara kita yang korup. Jika membayar pajak dengan benar juga akan dikorupsi oleh segelintir orang. Sesungguhnya bila kita berlaku benar dan sesuai, biarlah kesalahan dan kecurangan tersebut menjadi dosa yang mereka tanggung sendiri. Kita tidak perlu berlomba dalam membuat kesalahan dan dosa. Jadilah garam dan terang dunia.

Keempat, sebagai orang Kristen kita sebaiknya menjalani usaha, bisnis dan profesi dengan penuh integritas. Sebagai respon atas Tax Amnesty ini, di kemudian hari kita harus terus menjaga perasaan lega. Apapun pekerjaan kita, jangan sampai kita menjadikan diri kita muara atas masalah di kemudian hari. Mengejutkan bila ada konsultan pajak yang justru mengajarkan penggelapan pajak, atau pengusaha dengan laba yang baik justru menggelapkan pajak.

Kiranya Tax Amnesty ini dapat kita maknai tidak sekadar sebagai kewajiban, melainkan secara spiritual ada nilai-nilai Kristiani yang membuat hidup menjadi lega. Seperti kata-kata penulis Amsal, hidup bukan soal punya banyak harta yang dimiliki, tetapi hidup adalah bersyukur dan jujur, maka kelegaan akan menjadi bagian di dalamnya. Ungkap, Tebus dan Lega!

(Yanuar Tedjawidjaja)

KEMENANGAN SEJATI
“Sebab keinginan manusia bertentangan dengan keinginan Roh Allah, dan keinginan Roh Allah bertentangan dengan keinginan manusia. Kedua-duanya saling berlawanan,...