“Namun, jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”.
(Matius 6: 6 – TB2)
Doa Bapa Kami yang kita lantunkan setiap ibadah Minggu setelah doa syafaat, ternyata membawa dampak yang luar biasa jika kita bawakan ke dalam kehidupan kita secara personal. Tidak mesti harus beramai-ramai, tidak mesti harus dilihat orang, kita coba bawa ke dalam kamar, ke tempat tersembunyi. Kita hayati kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, ternyata doa ini membawa kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan personal kita. Doa Bapa Kami cukup padat, berisi dan tidak bertele-tele. Doa Bapa Kami punya makna yang dalam dan merepresentasikan kebutuhan personal kita masing-masing. Saya mencoba memaknai isi Doa Bapa Kami dengan pergumulan kehidupan yang saya alami.
Paragraf pertama, Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Paragraf ini saya maknai tentang kedaulatan Bapa, Kemahakuasaan Bapa. Dia yang memiliki dan mengendalikan kehidupan saya. Saya bertelut, bersujud dan berserah diri kepada-Nya. Berserah bukanlah pasrah tanpa upaya, berserah adalah bergantung sepenuhnya di tangan Bapa dengan seribu pengharapan.
Paragraf kedua, berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Saya jalani hidup setapak demi setapak, dari hari ke hari, one day at a time, sweet Jesus. Secara personal saya mengambil sikap bersyukur dalam paragraf ini. Saya imani Bapa pasti memberi berkat kepada saya tepat pada waktunya dan tidak berlebihan, agar saya dapat mensyukuri dan tidak menjadi tamak atau lupa diri.
Paragraf ketiga, ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Saya mengambil makna tidak akan menyimpan sampah dendam dan kepahitan. Saya tetap ingin dalam suasana sukacita dan optimis walaupun pergumulan di depan mungkin tidak gampang.
Paragraf keempat, janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Paragraf ini memberikan ketenangan bagi saya bahwa saya akan senantiasa dalam penjagaan Tuhan. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Tidak perlu ada ketakutan. Hidup harus tetap dijalani. The show must go on.
Paragraf kelima. Karena Engkaulah yang punya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Paragraf ini menegaskan, bahwa saya punya Tuhan Yang Besar, lebih besar dari pergumulan saya, lebih besar dari sakit penyakit saya, lebih besar dari tantangan ke depan yang harus saya hadapi. Dan setiap hampir selesai berdoa, saya membuka mata, menengadah ke langit-langit kamar saya, terlihat secercah harapan, terlihat secercah sinar yang menerangi langkah-langkah kaki kecil saya. Saya tersenyum, Tuhan itu baik. Amin
Pnt. Eko Wahyu Andriastono