“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
(Yohanes 3 : 16)
Ketika saya membaca buku Rahasia Kepemimpinan Billy Graham, saya mempelajari banyak hal dan salah satu topik yang menarik adalah Kepemimpinan dengan KASIH. Topik tersebut menceritakan bagaimana sikap Billy Graham terhadap sahabatnya yang bernama Jim Bakker, seorang penginjil yang terkenal di Amerika Serikat. Dia jatuh dalam dosa moral dan keuangan yang mengakibatkannya harus mendekam di penjara. Tentu saja, banyak penginjil lainnya yang mencercanya. Akan tetapi, tidak demikian dengan keluarga Billy Graham. Mereka tetap mengasihi Jim, baik selama di dalam maupun sesudah dia keluar dari tahanan. Selama dalam tahanan, Ruth, istri Billy Graham, mengunjungi dia dan memberikan Alkitab yang tidak terpakai kepada Jim untuk diberikan kepada para tahanan. Sesudah selesai masa tahanan, keluarga Billy Graham memberikan tempat tinggal bagi Jim dan membawanya pergi beribadah pada hari minggu pertama. Jim Bakker duduk sendirian dalam kebaktian tersebut. Pada saat Jim duduk, di sebelahnya hanya tersedia satu kursi kosong. Saat iringan musik organ mengalun, Ruth Graham masuk dan duduk di samping seorang mantan narapidana. Ruth memilih duduk bersama Jim, seorang yang telah dicerca habis oleh kebanyakan penginjil dan orang-orang Kristen.
Bagaimana sikap kita terhadap kerabat yang jatuh dalam dosa? Apakah kita masih mau menerima dia kembali di tengah-tengah kita? Apakah kita mau duduk di sebelah orang tersebut dalam kebaktian di Gereja? Sejujurnya, keadaan ini amat berat bagi saya untuk melakukannya. Saya pasti memikirkan kepentingan dan ego saya sendiri. Saya kira juga sama beratnya bagi keluarga Billy Graham melakukan hal tersebut apalagi bagi seorang penginjil yang dihormati dan terkenal di seluruh dunia. Mengapa mereka mau melakukannya? Jawabannya tentu saja seperti apa yang tertulis dalam Yohanes 3 : 16. Allah pertama-tama mengasihi kita, mengapa kita tak berani untuk mengasihi orang lain?
Sebenarnya kita semua adalah manusia berdosa dan tidak layak di hadapan Allah. Tapi Allah mau menerima kita apa adanya. Di sinilah letak kebesaran dan kemurahan kasih Allah terhadap dunia ini sehingga Dia mau meninggalkan surga yang penuh dengan kemuliaan dan kesucian untuk turun menjadi manusia, menyelamatkan dunia yang fana ini. Kasih yang Allah berikan tersebut sangatlah berbeda jauh dengan kasih yang kita lakukan.
Dalam minggu ini kita merayakan dua momen sekaligus tentang kerapuhan manusia dan kasih dalam satu tanggal yang sama : 14 Februari. Pada hari itu kita memperingati hari Rabu Abu yang mengajak kita untuk merenungkan kerapuhan kita sebagai manusia yang berdosa; sekaligus hari Kasih Sayang alias Valentine Day yang mengingatkan kita akan kasih Allah yang memerdekakan kita. Kiranya Tuhan memberkati kita.
(Ryadi Pramana)