Warta Minggu Ini
RELASI YANG DIPERBARUI OLEH KASIH-NYA

“Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya.”
(Efesus 5 : 33)

“Sebagai suami yang beriman, saya berjanji untuk memelihara hidup kudus denganmu, mengasihimu pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, dan tetap memeliharamu dengan setia sampai kematian memisahkan kita,” kata saya, sebelas tahun yang lalu, saat menjalani Kebaktian Peneguhan dan Pemberkatan Nikah di GKI Kayu Putih. Sejak saat itu, setiap kali mensyukuri Ulang Tahun Pernikahan, saya pasti menjalaninya bersama dengan keluarga inti.

Namun di tahun ini, saat saya hendak mensyukuri Ulang Tahun Pernikahan ke-11, saya dan istri harus menjalaninya tanpa keberadaan anak-anak. Sesuatu yang sempat terasa berat sebelumnya. Pada 28 – 30 Juli 2017 yang lalu, saya dan istri meniatkan diri mengikuti Weekend Pasutri (atau dikenal juga dengan Marriage Encounter) yang diselenggarakan oleh GKI Pondok Indah.

Tak diduga, panitia menyiapkan kejutan untuk kami dan juga pasutri lainnya yang memiliki tanggal pernikahan yang sama dengan kami, dengan sebuah perayaan kecil-kecilan. Saya merasa bahwa sekalipun kami berjauhan dari keluarga kecil kami (yakni anak-anak), namun kami ternyata mendapatkan keluarga yang baru, yakni para pasutri yang luar biasa – baik mereka yang adalah peserta Weekend Pasutri maupun mereka yang merupakan panitia.

Tentu, bukan hanya itu pengalaman yang mengesankan. Bagi saya pribadi, mengikuti Weekend Pasutri ternyata menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga. Bukan sekadar menjadi ingat kembali akan janji pernikahan yang terucap 11 tahun yang lalu itu, tetapi juga menolong kami untuk mengevaluasi diri terhadap perjalanan pernikahan kami. Sebagai seorang pendeta, sudah banyak sekali nasihat yang disampaikan kepada calon pasutri yang hendak menikah, dan juga dalam konseling pastoral yang dilakukan. Akan tetapi, ketika mengikuti Weekend Pasutri tersebut, saya disadarkan bahwa ternyata selama ini saya lebih sering “mengetahui” namun tidak cukup “memahami” pasangan saya.

Belum lagi, sharing dari sejumlah pasutri turut meneguhkan dan mengokohkan tekad kami untuk terus melangkah dalam “perjalanan bahtera rumah tangga”. Ada relasi yang diperbarui di sana oleh kasih-Nya. Firman Tuhan dalam nas kita hari ini bicara tentang adanya keseimbangan relasi. Suami dipanggil untuk mengasihi istrinya dan istri dipanggil untuk menghormati suaminya. Relasi tersebut mengimitasi relasi Yesus dengan jemaat-Nya (lihat Efesus 5 : 22 – 27). Jika relasi timbal-balik tersebut terus diasah, terutama melibatkan hati yang mau memahami apa adanya pasangan, tentu relasi yang penuh kasih dapat terjadi.

Oleh karena itu, kami sangat bersyukur bisa mengikuti Weekend Pasutri tersebut, sekaligus antusias. Antusiasme dalam hal apa? Bahwa GKI Kayu Putih juga punya kerinduan untuk kelak bisa menyelenggarakan Weekend Pasutri model tersebut. Kita menyadari bahwa kualitas relasi pasutri pada gilirannya akan berdampak pada kualitas relasi dengan anggota keluarga. Jika keluarga bisa kokoh, maka kita yakin dampak yang positif akan berlangsung dalam kehidupan komunitas yang lebih besar, seperti: gereja, masyarakat dan juga negara! Oleh karena itu, mari manfaatkan kesempatan Bina (retreat) Pasutri yang diselenggarakan pada 1-2 September 2017 mendatang. Kegiatan tersebut sesungguhnya merupakan langkah awal untuk melaksanakan Weekend Pasutri di GKI Kayu Putih. Soli Deo Gloria.

(Pdt. Natanael Setiadi)

JANGAN TAWAR HATI
“Sebab itu aku tidak tawar hati, meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari...