Warta Minggu Ini
SERPIHAN KISAH DI MASA RAYA PASKAH 2024

“Sebab, segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.”

(Roma 11: 36 – TB2)


Waktu mengusulkan “ajakan untuk jemaat memilah dan membawa sampah daur ulang” sebagai salah satu bentuk Aksi Penyangkalan Diri (APD) di Masa Raya Paskah tahun ini, tujuan utama saya adalah menyemangati jemaat untuk lebih peduli kepada lingkungan hidup. Kami Panitia Paskah menggunakan jasa Rekosistem (startup teknologi iklim yang menawarkan layanan pengelolaan dan daur ulang sampah untuk mengoptimalkan rantai nilai sampah) untuk mengangkut sampah-sampah daur ulang yang dibawa jemaat ke gereja.

Di luar dugaan, ternyata melalui program ini saya menjumpai kisah-kisah kecil menyentuh hati. Yang pertama, di Masa Pra Paskah ke-3, sebelum Kebaktan Umum 1, saya meminta tolong salah seorang satpam gereja untuk menggotong kotak sampah daur ulang dari samping pos satpam ke depan pintu samping gereja, di sebelah booth APD. Pak satpam membantu saya membereskan isi kotak sambil bercerita, bahwa di RT-nya, dulu sampah jadi masalah, karena sampah organik dan anorganik tercampur aduk, dibuang begitu saja ke tempat sampah dan diaduk-aduk oleh pemulung sehingga lingkungan menjadi kotor, jorok dan bau. Beruntung ketua RT-nya membuat sebuah terobosan. Beliau membangun tempat penampungan untuk warga membuang sampah kardus, botol-botol plastik dan sampah-sampah daur ulang lainnya, sehingga para pemulung dapat mengambil sampah daur ulang, tanpa perlu mencium bau busuk dari sampah dapur warga yang terjebak dalam kresek. Lingkungan pun menjadi lebih rapi dan bersih. Bahkan sampah-sampah daur ulang itu pun pernah dijual dan hasil penjualannya dibelikan sebuah gerobak untuk seorang pemulung yang lanjut usia.

Kisah menyentuh hati berikutnya saya dengar di hari Sabtu tanggal 16 Maret. Pak W, guru SDN 07 yang sekolahnya jadi salah satu target penerima bantuan APD kita, menelpon saya. Beliau bercerita tentang sekolah sepak bola yang beliau bina. Latihannya di lapangan Persija Pulo Mas. Katanya setiap kali anak-anak binaannya berlatih, nurani Pak W terusik, karena banyak anak-anak penduduk asli lingkungan sekitar lapangan yang menonton mereka dari luar arena. Padahal sebelumnya masyarakat umum bebas bermain bola di sana.

Singkat cerita, melalui telepon itu, Pak W mengatakan bahwa beliau mendapatkan info tentang program pilah sampah di GKI Kayu Putih dan beliau menanyakan apakah boleh beliau meminta sampah-sampah daur ulang yang terkumpul, untuk dijual dan uangnya digunakan untuk membayarkan iuran anak-anak tidak mampu yang ingin berlatih sepak bola, walaupun tentu saja berlatihnya bukan di lapangan Persija. Dengan seizin Panitia Paskah, kami memenuhi permintaan tersebut. Sejak Minggu Pra Paskah ke-5, sampah-sampah daur ulang jemaat GKI Kayu Putih, diangkut oleh Bapak W.

Dari kisah-kisah sederhana itu, saya diingatkan untuk tidak menganggap remeh apapun yang kita miliki, karena semua itu berasal dari Tuhan dan harus kita kelola dengan bijak. Bukan tidak mungkin apa yang bagi kita terasa tidak bernilai (termasuk “sampah” kita) ternyata masih bisa jadi berkat bagi orang lain. Akhir kata, semoga semangat jemaat GKI Kayu Putih untuk memilah sampah tetap berlanjut, sekalipun Masa Raya Paskah sudah berlalu.

Pnt. Roosmala Djayasukmana

FAMILY AS CHURCH, CHURCH AS FAMILY
“Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;...