Warta Minggu Ini
DI MANA HATIMU BERADA? (BAGIAN II)

“Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.”

Mazmur 34: 7 (TB-2)


Di sesi tanya jawab dalam Ibadah Gabungan Pemuda Remaja di GKI Kayu Putih tanggal 17 Maret 2024, tentang kekerasan seksual, ada pertanyaan yang cukup menarik, “Jika melihat ada kekerasan seksual, bolehkah kita pukul pelakunya?” Pertanyaan itu mengundang tawa remaja yang hadir. Kak Nael pun menjelaskan bahwa apabila kita melihat ada kekerasan seksual terjadi, kita perhatikan dulu dan intervensi tanpa menggunakan kekerasan. Caranya, bisa mengajak bicara korban atau pelaku guna menginterupsi. Namun, jika intervensi tanpa kekerasan tak lagi tampak bijak untuk dilakukan karena korban tampak terancam, kita bisa merekam video sebagai bukti bagi pihak berwenang nantinya sebelum adu jotos dengan sang pelaku. Kesimpulannya, dokumentasi dan interupsi adalah metode yang paling disarankan untuk mencegah kekerasan seksual terjadi.

Pertanyaan lain diajukan untuk menutup sesi tanya jawab, adalah “Bagaimana jika korbannya adalah laki-laki?” Maka, Kak Nael menjawab umumnya saat korban melapor, penerima laporan tidak mudah percaya mengingat stereotip bahwa laki-laki seharusnya bisa melawan. Namun, stereotip ini adalah hal yang keliru dan tidak baik untuk disampaikan dan dilakukan! Untuk melakukan cross check, kita bisa melakukan penelusuran apakah ada superioritas pada pelaku yang memungkinkan seorang laki-laki tetap menjadi korban. Harus diingat, perempuan dan laki-laki keduanya bisa jadi korban dan pelaku, jangan bias!

Bagaimana kalau kita pernah menjadi pelaku, baik secara sengaja maupun tidak disengaja? Hal paling pertama yang harus dilakukan adalah menyadari bahwa kita telah bersalah. Jangan meremehkan tindakan kita karena kita tak tahu seberapa besar perbuatan kita berdampak pada hidup seseorang. Seperti dalam lagu, “Tuhanku Bila Hati Kawanku” seperti itulah kurang lebih kita harus memohon ampun. Lalu pertanyaan menarik lainnya, “Bagaimana jika kita memiliki teman yang rupanya menjadi pelaku kekerasan seksual?” secara tegas Kak Nael mengutip teks di layar presentasinya, “berikan mereka respect sebagai manusia tapi beri zero tolerance terhadap perbuatan mereka”. Jika begitu, perlukah kita memutuskan pertemanan dengan mereka? Justru kita perlu membina mereka agar mereka sadar apa yang mereka lakukan itu salah. Jika kita memutuskan pertemanan, siapa yang akan menuntunnya? Bisa jadi pelaku akan terus melakukan perbuatannya.

Terakhir, bagaimana jika kita adalah korban? Jika kita adalah korban, mungkin kita akan merasa jijik dengan diri kita sendiri, menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi, dan merasa tak layak lagi. Tetapi ingat, Tuhan ada di pihak kita. Tidak perlu merasa kotor, ini bukan salah kita. Tuhan menerima dan akan memulihkan kita. Pelan-pelan ayo luputkan rasa takut itu dan mulai beraktifitas lagi, Tak perlu takut pada pelaku saat sedang menjalankan keseharian kita. Tetaplah berfungsi selagi dalam proses penyembuhan itu. Dengan jenis luka apapun, penting untuk tetap menjalankan hidup. Meski sulit dan badai datang, percayalah Tuhan akan mendatangkan mentari dan membantu kesembuhan kita. “God will change my mourning into dancing and lifted my sorrows” hingga akhirnya “I cant stay silent I must sing for His joy has come”.

Grace Angelique Natanael

KARENA KASIH-NYA
“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu,...